
Traffic congestion is one of the chronic problems in most Indonesian cities and this problem is getting worse year by year. The growth of road developments in Indonesian cities is much slower than the growth rate of vehicle ownership. In Jakarta, for example, the growth rate of vehicle ownership is 9 to 11 percent per year but the growth of road developments is only less than 1 percent per year.
Pembangunan jalan baru atau pelebaran jalan hanyalah memecahkan masalah kemacetan lalu lintas secara sementara. Setelah beberapa tahun, jalan baru akan diisi dengan lalu lintas yang akan terjadi jika jalan baru tersebut tidak dibangun. Hal serupa terjadi dengan pelebaran jalan ketika jalan yang telah diperlebar tersebut akan kembali macet hanya dalam beberapa bulan. Fenomena seperti itu disebut induced demand. Karena induced demand ini, membangun jalan baru atau pelebaran jalan adalah solusi kemacetan lalu lintas yang sifatnya sementara.
Ada beberapa solusi untuk mengurangi kemacetan lalu lintas dan salah satunya adalah pengurangan menggunakan kendaraan pribadi. Sebuah artikel di New York Times (12 Mei 2009) menceritakan tentang sebuah kota tanpa mobil di Jerman. Jalan-jalan di kota ini sepenuhnya bebas mobil kecuali di jalan utama dan beberapa jalan di pinggir kota. Penduduk kota ini masih diperbolehkan memiliki mobil, tapi parkir menjadi masalah bagi mereka karena hanya tersedia dua garasi umum di pinggir kota tersebut.
Kota tersebut bernama Vauban yang berpenduduk 5.500 jiwa dan terletak di pinggiran kota Freiburg, dekat perbatasan Perancis dan Swiss. Penduduk kota tersebut sangat tergantung pada sarana trem ke pusat kota Freiburg dan banyak dari mereka hanya menyewa mobil ketika tidak tersedia sarana angkutan umum di tempat yang mereka tuju.
Seventy percent of Vauban’s families have no cars. They do a lot of walking and biking to shops, banks, restaurants, schools and other destinations that are interspersed among homes. The town is long and relatively narrow and provides an easy walking access to the tram for every home.

Menciptakan tempat hunian dengan desain kompak, akses yang mudah terhadap transportasi umum dan tingkat berkendaraan yang rendah adalah visi perencana kota di abad ke-21 ini. Kota Vauban merupakan contoh desain perkotaan di abad ke-21 sebagai jawaban terhadap ancaman emisi gas rumah kaca dan pemanasan global dan terbatasnya pasokan minyak.
I could argue that the Vauban’s urban design is the extension of the New Urbanism. The New Urbanism is suatu konsep desain perkotaan yang pertama kali muncul di Amerika Serikat pada awal tahun 1980. Konsep ini mempromosikan beberapa prinsip utama diantaranya walkability n konektivitas, tata guna lahan yang beragam (mixed land uses), dan kepadatan tinggi. Terdapat cukup banyak kota dengan konsep New Urbanism yang tersebar di beberapa negara, tetapi jalanan kota-kota tersebut masih penuh dengan mobil.

Kota Vauban menunjukkan bukti adanya kemungkinan untuk menciptakan kota tanpa mobil. Penerapan desain kota yang walkable, mixed-land-uses urban design (tata guna lahan yang beragam), serta kemudahan akses ke transportasi umum yang handal as demonstrated in the Vauban town are the components for creating city without cars.
Well, I could argue that Cars are still a luxury item for many Indonesian families. Many urban residents, particularly those live in kampung kota, do not own cars and are used to living without cars. Streets (gang) in Indonesia’s kampung kota are too narrow for cars and the residents are used to walking and biking to their destinations. Kampung kotas are located in the center of urban areas and relatively accessible to public transportations. In reference to the New Urbanism concept, the Indonesia’s kampung kota has implemented the principles of walkability and high density.
Perencana kota di Indonesia harus menghargai keberadaan kampung kota dalam konteks rendahnya tingkat kebutuhan berkendaraan para penghuninya. Warga kampung kota cenderung memiliki kebutuhan berkendaraan yang rendah ketika mereka memiliki akses yang tinggi terhadap angkutan umum dan dan jalan-jalan di lingkungannya tetap sempit. Warga kampung kota harus tetap memiliki tingkat kebutuhan berkendaraan yang rendah untuk mengurangi tingkat kepemilikan mobil di perkotaan.
Bagi pembangunan kawasan perumahan baru di di kawasan pinggiran, perencana kota dapat meniru keberhasilan kota Vauban. Kebutuhan berkendaraan adalah dipengaruhi oleh desain kota dan akses ke transportasi umum. Melalui desain kota yang mendorong untuk banyak berjalan dan bersepeda dan akses yang tinggi terhadap transportasi umum yang handal adalah tidak mustahil untuk menciptakan sebuah kawasan kota tanpa mobil. Kota Vauban di Jerman dan kampung-kampung kota di Indonesia adalah contohnya.
^Diah Murwati^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar