Selamat Datang di Taman Hatiku ^_^

Here on my blog, just try to share everything just crossed my minds, my thoughts, my feelings, my experience, and my knowledge, because I'm sure I can learn something when I'm share something. That's called "Spirit of Learning by Sharing"


"Kesulitan tidak akan begitu sulit jika kita mengatasinya sedikit demi sedikit. Selain itu semakin cepat kita menyadari hikmah yang kita peroleh dari pengalaman itu, maka semakin mudah bagi kita untuk menghadapinya"

^Diah Murwati^

Mengenai Saya

Foto saya
Saya bukan siapa-siapa. Saya hanya seorang anak yang sangat mencintai kedua orangtua saya. Saya hanya seorang kakak yang sangat mencintai kedua adik-adik saya dan Saya ingin membuat mereka bangga karena memiliki saya.. itu saja. Cukuplah Al Qur'an sebagai teman, Syukur-lkhlas-sabar sebagai pengiring, dan Kematian sebagai peringatan. Semoga Allah meridhai.. "Life is not to receive, but it's about a gift" Tumbuh dan mencintalah! Semoga napas yang kumiliki bisa bernilai untuk napas-napas yang lain... ^_^ Jika ini adalah sebuah perjalanan jauh, maka akan kupacu diriku tanpa mengenal lelah, belajar mengarungi hidup seperti air yg mengalir, menciptakan atmosfer yg penuh kasih sayang sebagai tempat bersandar bagi orang yg kelelahan layaknya Fillicium, Insya Allah... I learned a lot from my family, my friends and life it self. My hope: I want to be a big people who have high integrity, eclectic and useful for wide society, or other name "khoirun nas anfa'uhum lin nas". Aamiin..

Rabu, 04 Juli 2018

We are Strong for A Reason...



"Strength grows in the moment when you think you can't go on but you keep going anyway"
(unknown)

Seorang nenek tua tengah memanggul karung beras yang mungkin beratnya lebih dari 25kg. Dengan perlahan, ia menapaki jalanan berbukit di pedesaan dalam. Sembari menyapa saat bertatapan dengannya, "Mbah, iku abot, kulo bantu nggeh?" (artinya, mbah itu berat, saya bantu ya). Lalu si mbah dengan keriput yang terlihat jelas di wajahnya tersenyum dan berkata "Rapopo. Sampun sakbendino. Kuat insya Allah..." (Gapapa. Udah biasa setiap hari. Kuat insya Allah..."). Dan ternyata, nenek itu hidup bersama 2 orang cucunya, sedang anak dan menantunya merantau ke kota. Maka ia tetap bertani dan memanen untuk membesarkan cucu yang dititipkan kepadanya.

______

Di siang terik panas, terdengar suara serak seorang kakek "Bale baleeee.. Balenya buuu.." Agak parau terdengarnya. Hingga akhirnya suara itu terdengar semakin jelas, dan dapat saya lihat sosok tua dengan keringat menderas di punggungnya menggotong sebuah bale (tempat duduk yang terbuat dari bambu) lewat di depan rumah. Kata ayah saya, istrinya terkena stroke dan bapak ini terkena PHK sejak 10 tahun lalu. Jadilah ia bekerja apa saja untuk menghidupi keluarga kecilnya, mulai dari mencuci baju, jualan kerupuk, hingga bale. Lalu saya hanya dapat berdoa dalam hati, "Ya Allah... limpahkanlah rezeki kepada kakek itu, seorang pekerja keras yang terus berusaha mendapatkan rezeki-Mu"

_______

"Lontong pecel buuu...", terdengar sebuah suara yang sudah tidak asing di telinga saya, milik seorang nenek tua yang tinggalnya tak begitu jauh dari rumah, di pinggir bantaran kali tepatnya, sebuah rumah petak yang begitu sederhana. "Iya Nek", jawab saya segera. "Nenek itu tinggal sendiri Mbak.. anaknya nggak ada yang mau urus. Setiap hari ya membuat lontong pecel agar ada pemasukan untuk membiayai kebutuhannya sehari-hari. Mungkin usianya sudah lebih dari 70 tahun.", begitu kisah yang terdengar dari bunda saya.

_______

"Berat betul ujianmu, Kak.. suamimu sudah menghadap Allah terlebih dahulu, meninggalkan 3 orang anak yang masih kecil-kecil", ujar seorang saudari perempuan kepada temannya. "Insya Allah.. Tak perlu ragu jika Allah menjadi sandaran hidupmu. Karena Ia yang Maha Mencukupkan segalanya mengiringi waktu", begitu jawabnya. Dan saat ini ketiga anaknya sudah besar dan menjadi sarjana. Ada seorang yang menjadi ahli informatika, dokter di rumah sakit swasta, sedang yang paling kecil mendapat beasiswa sekolah di perguruan tinggi terkemuka.

_______

Keempat kisah di atas benar adanya. Bahkan mungkin, ada yang lebih berat ujiannya. Membuat kita berkaca, bahwa bisa jadi ujian kita tidak lebih berat dibandingkan mereka. Bahwa ternyata, ada orang-orang yang begitu kuat menjalani harinya, seberat apapun dirasa. Kemudian saya baru menyadari, mungkin setiap orang dapat menjadi kuat karena mereka punya alasan dibaliknya. Mereka bukan kuat karena diri mereka, tapi karena ada alasan kuat akan kekuatannya.

Coba kita ingat, ini sama saja seperti Ibu yang meski letih mengurus anaknya seharian, ketika sang anak demam, tetap ia bersiaga meski harus bergadang dan paginya sudah dengan sigap menyiapkan sarapan. Atau kalau kita ingat, ibu adalah orang yang paling bersiaga, untuk terbangun tengah malam tanpa diminta, hanya untuk memenuhi hak ASI anaknya.

Begitu juga saat saya melihat sosok seorang ayah, meskipun begitu lelah dengan pekerjaan kantornya, pegal-pegal dirasa, ia tetap berangkat kerja demi memenuhi kewajiban memberi nafkah bagi keluarga. Atau saat ia begitu perkasa membantu mengangkat koper dan barang belanjaan lainnya. Menjadi yang terdepan, jika ada sesuatu yang membahayakan istri dan anak-anak tersayang.

Sama juga seperti muslim muslimah yang rela berdakwah di daerah terpencil, hanya demi kecintaan kepada Rabb-Nya, berharap surga sebagai tempat pemberhentian akhirnya. Atau siswa/mahasiswa yang tetap berangkat sekolah/kuliah meskipun perjalanan terjal dan tidak sebentar atau mungkin tidak memiliki uang, namun karena kecintaannya yang begitu tinggi kepada ilmu, ia terus berusaha semampunya, berharap perbaikan dan kebaikan mengiringinya selalu.

Karena sebuah alasan, setiap orang memiliki kekuatan. Hal yang berat mampu dijalani, sesuatu yang sulit dapat diatasi. Tanpa berputus asa, terus mengupayakan yang terbaik yang kita bisa. Dan bisa jadi, alasan kekuatan itu berbeda-beda bentuknya. Entah demi anak yang didamba, keluarga yang dicinta, membahagiakan orang tua, atau ingin bermanfaat untuk sesama. Ia, itu juga mungkin jawaban untuk muslimah yang bertanya "Mba.. koq kuat sih ngerjain ini itu", "Mba koq bisa sih bertahan padahal seringkali banyak rintangan yang mesti dihadapi", "Hati Mba dity terbuat dari apa sih, bisa sekuat itu? mungkin saya belum tentu bisa pasti bisa emosional dalam menghadapi itu". Bisa jadi, karena saya memiliki alasan kuat dibalik semua itu. Motivasi yang tak pernah kendur seiring dengan berjalannya waktu. Mengakar motivasi dan gerak langkah hanya untuk keridhaan Allah yang dituju, bukankah itu sebaik-baik nawaitu?

Maka tak akan menyesal mereka yang menjadikan Allah sebagai landasan, muara segala kekuatan. Saat ujian nya seakan tak henti berdatangan, mungkin ini saatnya kita untuk lebih mendekat kepada Dzat Yang Maha Menguatkan. Saat kita merasa kehilangan kekuatan, cobalah mengembalikan hati kepada semulia-mulia niatan. Bukankah janji surga -Nya tak pernah lekang tergilas zaman. Maka mari kita menambatkan kekuatan pada Dzat Yang Maha Kekal, sumber energi yang tak berkesudahan...

"At times Allah test us, it is not to reveal our weaknesses, but for us to discover our strength..."


          ❤❤❤ Follow me on Instagram Dity Diah Murwati ❤❤❤


Rabu, 27 Juni 2018

MERAJUT ASA




"Setiap harap, ia tumbuh bersama tekad. Yang dengannya harap tak hanya mengurai lenyap, tapi juga membenihkan langkah juang yang kuat. Setiap doa, ia tumbuh bersama taqwa. Yang dengannya doa tak hanya mengurai pinta, tapi juga upaya mendekatkan diri pada-Nya. Semoga tekad dan taqwa, selalu ada dalam setiap cita dan perjuangan kita merajut asa.."

Belajar darimu adik Najwa, mengurai pinta pada Allah saat kesulitan belajar kau temui. Lisanmu berurai, "Rabbi zidni 'ilman war zuqni fahman" ('O Lord increase me in knowledge and grant me understanding). Karena pemahaman, hakikatnya datang dari Dzat Yang Maha Memiliki Pengetahuan. Kita paham bukan karena kita pintar, kita paham karena Allah izinkan. Maka iringilah ikhtiar belajar dengan selalu meluruskan niat dan memohon pada-Nya kepemahaman. Semoga Allah mudahkan, Allah tambahkan keberkahan, Aamiin... 

          ❤❤❤ Follow me on Instagram Dity Diah Murwati ❤❤❤


Selasa, 06 Maret 2018

SOCIAL MEDIA



I'm right now getting really upset on how social media drive our way of life. Here, we're living in the world where personal things become public consumption. Don't get me wrong, don't ever think for a second that i'm the one avoiding an interaction with social media or socmed. In fact, i can be classified as an addicted one. I had whatever now most famous socmed installed in my phone. That's why i'm really annoyed, to my own self probably.



We're now getting used to share our personal thoughts, stories, or even some kind of feelings or secret. We let anybody knows what's going on, what we feel, what happen. And worse, most of them seeing are the ones we don't really know in person. It's now easy to know some info about our friends or even families, with only some clicks or touch. The wall page or timelines give much more information than what they tell to us. They just don't want to tell us personally. Instead, they update status. What is going on here? We give a huge privilege to "friends" by giving less respect to our closest ones.

At this point, we're not only losing our privacy, but also intimacy. But, who cares? People become more comfortable engaging to this weird relationship. A relationship with hundreds of likes, loves, or retweets. As if they really care. Sadly, most don't really care, they just curious.

It is started to be admitted that we feel we know someone through their socmed. I can say it might be true. Your thoughts, way of thinking, or passion could be reflected on what you write on those. But sometimes it becomes too naive that we believe (like, seriously believe) those all perfectly reflect one's personality and life. We give too much weight on what is presented in the screen when judging. And trust it. And feel like it's no need to be confirmed.

I can't say i will stop these socmed thing, no ofcourse not (i even doubt if i can leave them!) :p but sometimes those things are pissed me off. And it's getting me tired. Like too much information more than needed. I'm just trying to appreciate more who sit and stand with me. Who can give me a real touch. Or at least a personal talk. Put more effort to meet up and have each other's laugh. Appreciate those who's been here with me. Not always physically, but I know their presence is real. I wanna read more book and less timeline.

Maybe that's all.

Selasa, 12 September 2017

Nikmatnya Mereguk Ilmu dan Merajut Cita



"If you are not willing to learn, no one can help you. If you are determined to learn, no one can stop you." -anonymous-

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Sahabatku tersayang... bagaimana kabarmu hari ini? Semoga Allah SWT selalu melindungi tiap langkahmu, memberikan keberkahan di sisa usiamu, Aamiin...

Rinduuuuu... update tulisan di Blog ini.. sudah lama tidak memperbaharui tulisan di blog ini.. beberapa bulan terakhir ini selain aktivitas seperti biasa bekerja di kantor saat ini saya sedang fokus mencari materi tambahan untuk buku non fiksi yang sedang saya persiapkan untuk segera naik cetak, mohon doanya yaa semuaaaa... semoga lancaaaaar dan berkah ilmunya, Aamiin..

Lama tak update.. tulisan ini berawal dari flashback saya saat melihat banyak foto graduation (wisuda) yang berseliweran di Instagram maupun kiriman foto di group WhatsApp ILUNI UI ataupun foto dan video yang dikirim oleh sahabat-sahabatku tersayang.. Yes, bagi saya wisuda adalah salah satu momen sakral. Saat dimana kita dapat begitu haru melihat senyum bangga dan bahagia dari wajah kedua orang tua kita. Saat dimana masa perjuangan kuliah, turun lapangan, dan menulis skripsi seakan begitu mudah dan segala lelah terbayar sudah. Masa pembuktian bahwa segala perjuangan orang tua membesarkan dan menyekolahkan putra putrinya pada akhirnya berbuah nyata.


Foto Dity Diah Murwaty.
Wisuda Program Sarjana Universitas Indonesia
Tidak ada teks alternatif otomatis yang tersedia.
Tidak ada teks alternatif otomatis yang tersedia.
Tepat Agustus 2009 lalu, Alhamdulillah Allah takdirkan saya lulus tepat waktu (4 tahun) walaupun sebenarnya Kepala Prodi (Pak Maman) sudah memberikan saya kesempatan untuk dapat menyelesaikan kuliah 3,5tahun, tapi Ayah tercinta berkehendak lain dengan alasan supaya saya masih bisa leluasa menambah ilmu satu semester lagi di kampus UI Depok. Apapun itu, saya tetap puas dengan IPK yang saya dapatkan selama perkuliahan 4 tahun hasilnya benar-benar maksimal. Bagi saya, itupun sebuah pembuktian bahwa seorang aktivis mahasiswi dengan segala kegiatan akademisi dan kegiatan BEM Fakultas serta BEM Univ. masih mampu berprestasi dan lulus tepat waktu. Saya ingin mematahkan pendapat yang mengatakan bahwa aktivis itu lulusnya telat. Masih jelas terbayang di dalam bayangan saya, wajah syukur penuh haru di mata ayah saat menghadiri acara saya wisuda dan ibunda yang kala itu masih berada di Manokwari pun tak kuasa mengeluarkan airmata haru bahwa anaknya bisa amanah selama tinggal di Jakarta dengan menyelesaikan kuliah tepat waktu dengan hasil yang maksimal. 


Foto Dity Diah Murwaty.
Chacha yang saat ini sedang melanjutkan studi S2 di Inggris dan 
Rieke yang fokus jadi Womanpreneur

Foto Dity Diah Murwaty.
wefie kami di dalam balairung UI Depok

Foto Dity Diah Murwaty.
wefie bersama para cum laude sebelum akhirnya kami berpisah mengejar cita masing-masing\

Foto Dity Diah Murwaty.

Foto Dity Diah Murwaty.
Tidak ada teks alternatif otomatis yang tersedia.
Tidak ada teks alternatif otomatis yang tersedia.
Saya berasal dari keluarga sederhana. Ayah saya lulusan dari STIS (Sekolah Tinggi Ilmu Statistik) dan melanjutkan kuliah kembali jurusan Ilmu Statistik di Universitas Gajah Mada, Yogyakarta sedangkan Ibunda tidak pernah mencicipi nikmatnya pendidikan tinggi di Universitas. Mereka berasal dari keluarga desa, yang kemudian merantau ke Jakarta. Kami hanyalah keluarga kecil yang mencoba berjalan mematuhi aturan-Nya. Dan mereka adalah orang tua terbaik bagi saya. Yang telah berjuang begitu besar untuk menunjang segala cita, tempat melabuhkan lelah, mengobarkan semangat, serta memberikan energi terbaik bagi saya untuk terus berkarya dimanapun berada. Menurut saya kecintaan menuntut ilmu tidak membatasi siapapun juga. Mungkin memang benar mereka yang berasal dari keluarga kaya memiliki kesempatan lebih besar untuk bersekolah di universitas-universitas ternama. Tapi setidaknya, pengajaran dan perjuangan orang tua saya membuktikan, bahwa kecintaan kepada ilmu pun dapat dimiliki oleh mereka yang hidup sederhana, mereka yang senantiasa percaya, bahwa ilmulah yang nantinya akan meninggikan derajat mereka di surga.

Bagi saya, menimba ilmu itu bukan hanya sekedar kewajiban, atau kebiasaan manusia hidup untuk menikmati jenjang pendidikan. Menuntut ilmu bukanlah melalui bertahun-tahun belajar hanya demi selembar ijazah, posisi jabatan, atau penentu besarnya penghasilan. Bagi saya, menuntut ilmu adalah ibadah yang tak akan pernah berkesudahan, hingga akhirnya nyawa terpisah dari badan. Ilmu adalah wasilah (jalan), untuk dapat membaktikan diri agar bisa lebih banyak memberi. Ilmu adalah pintu, untuk lebih banyak menebar kebaikan dan membangun perbaikan pada sekitar.

Perjalanan saya menuntut ilmu, semakin meyakinkan saya bahwa saya masihlah begitu bodoh dan masih terlalu sedikit memahami ilmu-Nya yang Maha Luas. sama seperti yang ayah sampaikan "Educating youself does not mean that you were stupid in the first place; it means that you are intelligent enough to know that there is plenty left to learn."

Dan opini saya yang terakhir, bagi saya menimba ilmu itu juga tidak melulu harus di sekolah. Ia berada seiring berjalannya waktu dan berputarnya roda kehidupan kita. Seperti kata E.C. Myers dalam bukunya "You know, learning doesn't end in the classroom." Namun itupun bukan excuse (alasan) untuk hanya menjalani hidup apa adanya, tanpa menggali dan mencari tahu lebih dalam atas sebuah makna. Masih teringat sebuah kalimat "Allah tidak menghukum orang yang tidak tahu, tapi Allah tidak suka dengan orang yang tidak mau tahu." Maka dapat saya simpulkan, kita dapat mereguk ilmu dari banyak pintu, namun pastikan ilmu yang kita dapatkan bermanfaat, bukan hanya untuk diri kita sendiri, tapi juga banyak orang. Jika memang belum memiliki kesempatan bersekolah di universitas-universitas pilihan, tetaplah mereguk manisnya ilmu dari kajian-kajian, mengikuti perkuliahan online atau sekedar menambah buku bacaan, dsb.


❤❤❤ Follow me on Instagram Dity Diah Murwati ❤❤❤

Minggu, 20 September 2015

CERMAT SEBELUM MEMBELI


 In marketing, the decoy effect (or asymmetric dominance effect) is the phenomenon whereby consumers will tend to have a specific change in preference between two options when also presented with a third option that is asymmetrically dominated. An option is asymmetrically dominated when it is inferior in all respects to one option; but, in comparasion to the other option, it is inferior in some respects and superior in others. In other words, in terms of specific attributes determining preferabillity, it is completely dominated by (i.e., inferior to) one option and only partially dominated by the other. When the asymmetrically dominated option is present, a higher percentage of consumers will prefer the dominating option than when the asymmetrically dominated option is absent. The asymmetrically dominated option is therefore a decoy serving to increase preference for the dominating option. The decoy effect is also an example of the violation of the independence of irrelevant alternatives axiom of decision theory.


---Diah Murwati---
 
Follow Me on Twitter @dityDM


Senin, 01 Desember 2014

IALF -- Recommended to You...



Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Sahabatku tersayang... bagaimana kabarmu hari ini? Semoga Allah SWT selalu melindungi tiap langkahmu dan memberikan keberkahan di sisa umurmu. Aamiin...

RINDU... buka blog ini lagi... sudah lama tidak meng-update tulisan di blog ini,, ada saja aktivitas baru yang mengalihkan perhatian saya.. Well, selama positif dan masih dalam kebaikan nggak ada salahnya kan dilaksanakan.. ^_^

Lanjuuut... posting kali ini saya terinspirasi dari pembicaraan saat reuni dengan kawan-kawan seperjuangan di kampus UI Depok. Well, nampaknya cukup banyak yang lagi kepoin tempat yang satu ini ---> Wall Street Institute (WSI) ^_^ 

Berhubung ada komentar yang menanyakan opsi tempat kursus selain LIA ataupun EF, ga ada salahnya saya bahas di sini berdasarkan pengalaman pribadi. Sebelumnya tolong dicatat yaa bahwa saya tidak mengikuti banyak kursus, jadi saya tidak bisa kasih banyak referensi. Saya baru dua kali ikut kursus bahasa inggris yang legitimate dan saya anggap worth. Pertama di LIA Pramuka waktu masih jadi bachelor student, itu pun terbatas hanya materi General English dan berlangsung short term saja, gak lama sekitar 1 tahun. Kedua di IALF Jakarta waktu saya tengah mempersiapkan tes IELTS, nggak lama setelah kepoin Wall Street Institute (WSI) dan di-PHP-in karena lihat harganya yang hampir bikin semaput. Nah, tempat kursus kedua ini yang mau saya bahas di posting kali ini.

IALF Jakarta – What and Where is it?

IALF singkatan dari the Indonesia Australia Language Foundation. Selain tempat kursus bahasa inggris dan training centre, IALF juga merupakan salah satu penyelenggara resmi tes IELTS di Indonesia. IALF saat ini punya tiga cabang : Jakarta, Bali dan Surabaya. Selain bahasa inggris . IALF juga menyediakan kelas bahasa indonesia yang nampaknya diminati oleh ekspatriat yang tinggal di Indonesia. Khusus IALF Jakarta, lokasinya di Gedung Plaza Kuningan, Menara Selatan, Lantai 3, Jln. H.R. Rasuna Said. Dulu saya biasa naik transJakarta koridor 6, turun di halte Karet Kuningan. Posisi Plaza Kuningan persis depan halte tersebut.

Kelas apa saja yang ditawarkan?

Beberapa program yang ditawarkan untuk umum antara lain : Academic English, General English, Business English, Scholarship Pathway Program, dan IELTS Preparation. Kelas General English sayangnya belum tersedia di IALF Jakarta.

Berapa biayanya?

Untuk info yang update, sebaiknya ditanyakan langsung ke pihak IALF. Sebagai gambaran, akhir tahun 2012 ketika saya mengikuti kelas IELTS Preparation, biayanya sekitar 4jutaan dengan masa studi kurang lebih dua bulan. Is it worth to spend this amount of money? Saya rasa sih worth banget. Tes IELTS itu nggak murah dan butuh persiapan matang. Dulu, dengan kemampuan pas-pasan bisa saja saya langsung daftar tes tanpa ambil kelas IELTS Preparation. Tapi saya nggak berani berspekulasi. Takutnya sudah keluar 195USD untuk tes (harga tes IELTS saat itu), tapi target tak tercapai. Justru buang-buang duit karena harus retake tesnya lagi. Bener kan? Jadi anggap saja kelas persiapan sebagai investasi awal (kalau mau ngejar scholarship misalnya). So then you will be more prepared by the time you take this test!

Apa poin plusnya?

Berdasarkan pengalaman saya, beberapa keuntungan ambil kelas persiapan IELTS :
  • Teacher akan kasih detail persyaratan apa saja yang kamu butuhkan untuk mencapai band tertentu. Ini berguna banget sebagai panduan apa saja yang perlu dilakukan dan harus dihindari ketika mengerjakan tes. Akan ada beberapa kali simulasi tes. 
  • Teacher akan kasih trik-trik dalam mengerjakan soal-soal terutama untuk writing, listening, dan reading. Setelah beberapa kali simulasi, kamu akan lebih familiar sama bentuk soal dan bagaimana strategi mengerjakannnya. 
  • Lab multimedia dan perpustakaan yang super lengkap. Lab multimedia bisa jadi sarana latihan di luar kelas, terutama untuk bagian listening. Di perpustakaan juga tersedia  banyak buku latihan IELTS (bisa dipinjam dan dibawa pulang). Ini penting banget, khususnya  bagi yang sibuk kerja dan nggak bisa sering mampir ke perpustakaan. So, manfaatkan fasilitas ini sebaik-baiknya, karena kalau bukunya beli sendiri lumayan mahal. Dulu saya pernah beli buku satu paket buku IELTS dari Baron dan harganya sekitar 400rb. Jadi kalau ada yang free kenapa tidak? :D Well, not literally free, karena kamu harus jadi murid IALF dulu baru bisa terdaftar di perpustakaannya  J
  • You will be handled by expert. Yes that’s TRUE !! seingat saya, semua teacher di IALF sudah mengantongi sertifikat TESOL (pengajaran bahasa inggris untur penutur bahasa lain). Jadi pengajarannya bukan sembarang bule yang bisa bicara bahasa inggris, tapi mereka yang sudah certified di bidangnya.
  • Company for Praticing. Ini penting untuk ngelatih kemampuan di bagian speaking. Di kelas, akan ada beberapa role play dimana kita bisa latihan speaking dengan seorang partner yang berperan sebagai penguji dan kemudian bergantian. Dalam tes speaking, kita dituntut untuk kreatif karena ada beberapa part dimana kita harus berargumentasi.
The more we pratice, the more fluent we speak. Dan ikut kelas persiapan IELTS bisa kasih kamu kesempatan untuk lebih banyak berlatih.


*) For more information, visit this official web of IALF !
http://www.ialf.edu/

Sabtu, 01 Februari 2014

Sorry, Help and Thanks



Assalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh

Sahabatku tersayang... bagaimana kabarmu hari ini? Semoga Allah SWT selalu melindungi tiap langkahmu dan memberikan keberkahan di sisa umurmu. Aamiin..

Sahabatku tersayang… kali ini saya akan membahas tentang tiga kata sakti yang sering terlupakan oleh kita, yaitu “maaf”, “tolong”, dan “terima kasih”. Ketiganya menurut saya adalah kata-kata yang terlihat sederhana dan bermakna positif, tapi mengapa kata-kata tersebut terkadang sangat sulit keluar dari mulut kita ya?  ^_^

  • Maaf

Manusia adalah tempatnya salah dan khilaf, seperti ungkapan terkenal “nobody’s perfect”.  Dari mulai tukang becak sampai seorang presiden sekalipun, pasti pernah berbuat kesalahan. Bahkan Nabi Muhammad SAW, pemimpin terhebat sepanjang sejarah, pernah membuat kesalahan dan ditegur oleh Allah sewaktu beliau memalingkan pandangan dari seorang buta bernama Abdullah bin Ummi Maktum yang ingin mendapatkan pengajaran tentang Islam.

Digambarkan saat itu Rasulullah berwajah masam dan memalingkan pandangan dari si buta karena sedang menjamu para pembesar suku Quraisy. Atas sikapnya ini, Allah menegur beliau yang diabadikan di dalam Al-Qur’an surat ke-80, ‘Abasa. Inilah yang membedakan antara manusia biasa dengan seorang nabi. Di saat seorang Nabi melakukan kesalahan, Sang Maha Pencipta yang langsung memberikan teguran dengan cara-Nya.

Kalau seorang Nabi saja yang sebenarnya terjaga dari dosa melakukan kesalahan, bagaimana kita ini?  Tapi kenapa tetap sulit sekali untuk mengucapkan kata “maaf”? Jawabannya adalah karena “maaf” membutuhkan keikhlasan yang luar biasa bagi yang mengucapkannya. Selain itu, banyak yang tidak mau mengucapkan karena anggapan salah selama ini yang menyatakan bahwa meminta maaf itu berbanding lurus dengan kekalahan, kelemahan dan ketidakberdayaan.

Padahal tidak seperti itu. Meminta maaf justru akan membuat kita semakin mulia, bukan hanya di sisi manusia namun juga di sisi Allah. Di sisi manusia, meminta maaf akan menumbuhkan rasa kasih sayang di antara sesama. Jika orang yang meminta maaf tulus dan ikhlas, maka itu bisa dirasakan oleh orang yang dimintakan maaf, dan hal tersebut akan menyambung kembali tali silaturahim di antara keduanya. Suatu permusuhan yang sudah sangat lama bisa selesai hanya jika salah satu pihak berinisiatif untuk meminta maaf.

Di sisi Allah SWT, orang yang meminta maaf dengan tulus kepada orang lain akan dilihat oleh-Nya sebagai orang yang rendah hati dan tidak sombong. Kesombongan sering menjadi alasan mengapa kita tidak mau meminta maaf. Dari mulai sombong karena harta, jabatan atau pangkat, hingga kesombongan karena tidak merasa bersalah. Kesombongan adalah sifatnya syaitan karena itulah sifat yang ditunjukkan pertama kalinya di saat dia tidak mau sujud kepada Nabi Adam.

Kesombongan dapat menghalangi seseorang untuk masuk ke dalam Surga, meskipun bentuk kesombongan itu teramat kecil. Rasulullah SAW bersabda, “Tidak akan masuk surga orang yang di dalam hati ada kesombongan meskipun hanya sebesar biji sawi.”  (HR. Muslim)

Meminta maaf dapat menghilangkan rasa sombong yang ada dalam hati karena membuat kita bisa menerima keadaan diri sebagai makhluk yang tidak mungkin luput dari kesalahan. Mengucapkan “maaf” tidak berarti kita mengakui kekalahan, melainkan membawa kemenangan karena mampu menguasai emosi kesombongan yang ada di dalam hati kita. “Maaf” mengajarkan bahwa semua manusia adalah sama dan kebenaran adalah hak siapa saja, tanpa terkecuali.

  • Tolong

Manusia diciptakan sebagai makhluk sosial. Maksudnya, tidak akan bisa hidup tanpa bantuan orang lain. Bahkan, sampai meninggal dunia pun kita masih membutuhkan bantuan, paling tidak 4 orang, untuk mengangkat jenazah kita dan dimasukkan ke dalam kubur. Setelah sadar dengan kenyataan tersebut, lalu mengapa kata “tolong” sulit diucapkan ya? Apalagi, bagi orang-orang yang memiliki kedudukan sosial yang tinggi.

Padahal, kedudukan sosial itu tidak berpengaruh apa-apa. Kedudukan sosial hanya dalam bidang pekerjaan, dan bukan dalam derajat manusia. Di antara sesama manusia itu tidak ada perbedaan status, kecuali tingkat ketakwaannya. Kata “tolong” membuat kita sadar akan keterbatasan dan kelemahan yang dimiliki. “Tolong” membuat kita mampu untuk menerima diri sendiri secara apa adanya, dan melihat apa yang bisa dan tidak bisa kita lakukan.

Sungguh indah jika kita terbiasa hidup dalam suasana saling tolong menolong, karena Islam sendiri telah mengajarkan budaya ini. Allah SWT berfirman, “…Dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa , dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan..” (QS. Al-Maidah (5) : 2)

Ayah saya selalu mengajarkan jika ada seseorang meminta pertolongan dan saya dalam kapasitas mampu untuk menolongnya, maka wajib hukumnya untuk memberikan pertolongan. Ayah mengajarkan untuk memiliki sifat 3H’s : Honest, Humble dan Helpful. Kata beliau, “Honest is the best attitude, Humble is the best approach and Helpful is the best investment”.  Ya memang benar, menolong orang lain merupakan suatu investasi karena bisa saja suatu saat gantian kita yang akan membutuhkan pertolongan orang tersebut.

  • Terima Kasih

Ucapan “terima kasih” adalah salah satu bentuk rasa syukur kita kepada Allah SWT melalui perantara manusia. Syukur sendiri merupakan hal yang diperintahkan Allah SWT dalam firman-Nya. “Dan ingatlah tatkala Tuhanmu memaklumkan :  “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” (QS.Ibrahim (14) :7)

Dalam ayat tersebut jelas bahwa siapa saja yang bersyukur maka akan ditambahkan nikmat dan bagi siapa saja yang ingkar akan mendapatkan adzab. Sebenarnya, itu sama saja dengan hubungan kita kepada sesama manusia. Di saat kita mendapatkan bantuan / pertolongan dari orang lain, lalu kita menghargainya dengan mengucapkan “terima kasih” atas segala kebaikannya, maka dipastikan orang itu akan merasa senang dan mau menolong lagi di lain kesempatan.

Jangan pernah lupa mengucapkan “terima kasih”, karena itu adalah penghargaan terhadap kebaikan yang telah diberikan oleh orang lain kepada kita. Namun sayangnya, kita sering sekali lupa untuk mengucap kata sakti ini. Bagi sebagian yang lain, “terima kasih” sangat sulit untuk diucapkan karena memang ucapan “terima kasih” membutuhkan ketulusan dari yang mengucapkannya.

Menurut riset, dalam menjalani hubungan dengan orang lain, ucapan “terima kasih” sekecil apapun dapat membuat suatu hubungan menjadi harmonis dan lebih baik. Baik itu dalam rumah tangga, dalam pekerjaan, dan lain-lain. Coba tanya dari mulai pedagang gado-gado sampai pedagang berlian, pasti mereka senang dihargai, terlepas apapun profesinya. Hal ini karena memang dasarnya manusia itu suka dihargai.

Saya pernah membaca buku “The True Power of Water” karangan Dr. Masaru Emoto, seorang peneliti dari Jepang. Dalam buku itu dijelaskan bahwa air memiliki banyak keistimewaan. Salah satu yang fakta yang dipaparkan bahwa ternyata air bisa merekam pesan, seperti pita magnet atau compact disk. Air mampu untuk “mendengar” kata-kata, dapat “membaca” tulisan, dan bisa “mengerti” setiap pesan yang disampaikan.

Rasulullah pun ternyata sudah pernah menyampaikan hal tersebut dalam hadistnya, "Air zamzam akan melaksanakan pesan dan niat yang meminumnya. Barangsiapa minum supaya kenyang, dia akan kenyang. Barangsiapa minum untuk menyembuhkan sakit, dia akan sembuh." Setiap kata-kata yang diucapkan terhadap air, maka air akan merespon secara positif dan berbentuk indah, tapi jika kata-kata kasar yang diucapkan, maka air akan berubah bentuk  menjadi sangat buruk.

Dr. Emoto melakukan penelitian terhadap air menggunakan mikroskop electron dengan kamera kecepatan tinggi. Percobaan pertama saat air diucapkan kata “Arigato” yang artinya terima kasih, ternyata molekul air membentuk Kristal segi enam yang sangat indah. Selanjutnya diucapkan kata “setan”, Kristal berbentuk sangat buruk dan mengerikan. Kemudian air diputarkan musik Symphony Mozart, Kristal muncul berbentuk bunga. Tapi ketika music heavy metal yang diperdengarkan, Kristal tersebut langsung hancur. Subhanallah bukan?

Nah lalu apa hubungannya sama manusia? Tentu ada! Sekitar 75% kandungan dari tubuh manusia berupa air. Dalam setiap tubuh makhluk hidup, komposisi air pastilah yang paling banyak, dan itulah yang menciptakan kehidupan. Hal ini pun sudah dijelaskan di dalam Al-Qur’an, “…Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?”  (QS. Al-Anbiya (21) :30)

Karena komposisi air terbanyak, ini berarti bahwa sifat-sifat yang ada dalam air tentunya akan ada juga dalam tubuh manusia. Coba saja buktikan dan bandingkan, saat kita mengucapkan “Terima kasih yaa semoga Allah membalas kebaikanmu.”  Apa reaksi teman kita? Pasti senang dan hatinya berseri-seri. Tapi apa jadinya jika kita mengucapkan, “Hai monkey, ambilin buku di meja itu dong!” , kira-kira apa reaksi teman kita? Hehehe

Ya itulah manusia, fitrahnya suci. Allah SWT memiliki sifat Yang Maha Pengasih, Yang Maha Penyayang dan Yang Maha Lembut. Manusia senang dengan kasih sayang dan kelembutan, hatinya akan menjadi tenteram dan nyaman.

Ingat Selalu 3 Kata Sakti
Jangan pernah lupa untuk selalu membiasakan diri mengucapkan kata “maaf”, “tolong”, dan “terima kasih” kepada siapa pun karena kekuatan kata-kata tersebut sangat luar biasa. Bukan saja bagi yang mendengarkan, tapi juga bagi yang mengucapkan. Ketiga kata tersebut akan melatih kita untuk belajar menghargai orang lain. Dengan mampu menghargai orang lain. Dengan mampu menghargai diri kita sendiri.

Ketiga kata tersebut sangat sakti dan bisa membangun hubungan yang istimewa antara satu manusia dengan manusia lainnya. Dengan sering melatih mengucapkannya, maka hubungan silaturahim akan terbangun lebih baik lagi di antara manusia. Jika hubungan silaturahim sudah terbangun dan terjaga, maka kita tinggal menunggu bonusnya saja dari Allah.

Beberapa bonus dari bersilaturahim diantaranya adalah panjang umur, keberkahan hidup, dosa-dosa diampuni hingga mempelancar rezeki. Banyak hadits yang menjelaskan tentang hal ini, salah satunya, Barangsiapa yang merasa senang bila dimudahkan rezekinya dan dipanjangkan usianya, maka hendaklah dia menyambung tali silaturahim.” (HR. Muslim)

Terakhir, saya ingin mengucapkan “maaf” jika ada kesalahan dalam tulisan, “tolong” diamalkan jika memang bermanfaat, dan “terima kasih” karena sudah meluangkan waktu membaca tulisan ini  ^_^

Wa'alaikumsalam Warrahmatullahi Wabarakatuh

Sabtu, 18 Januari 2014

♥♥♥ Someday.. When I’m being a Mother ♥♥♥


Someday when I’m being a mother I’d tell my kids I love them endlessly ♥♥

I’ll tell them how I picked up the stunning name like “Oxygen” but then managed not to give them because it’ll be weird for them in science class, finding out their name in periodic table. But even if they prefer to be an artist instead of scientist, that would be okay. I’ll navigate their talents, push their confidence up, and fly them to people. They are free but not limitless. Beauty but not priceless. I’ll work with them to grow an early responsibility, a sense of identity. So that I know the name I gave once upon a time would entitled like an eternal wish

Someday when my kids get scared of spider, I won’t rid it away. They need to know how to pass fears alone by let them know I’m here to stay

By time they will understand, there’s nothing bigger than my fear of losing them. I’ll try to deal myself by stop imagining something torturing them while it is not. But let fears be a friend, it just a gentle reminder how we have precious thing to protect. I’ll cry behind the wall but in case they just find out, I will grab their head over my chest, so that they can hear every single of my heart beat belongs to them. I’ ll get sick, but sick is never felt that good noticing they are around. I’ll get weak, but would never been that strong watch them survive

Someday when my kids leave by angry, I’d be the first shelter they find back when the street gets lonely

A super cool gigs concert will be held in the middle of nowhere and they ask for permission but I say no. A new gadget will released, they’ll say it’s a need, but I’ll say it’s not indeed. Someday they will mock me on their Twitter and I don’t read, but I’ll know they start to hate me when they refuse to eat breakfast I cooked since 5 am

I’ll turn further when they stars to go to school by a stylish outfit and make over, and refuse to be kissed in front of their colleagues. That would be Okay, I’ll kiss them in goodnight sleep. But I’ll demand them to pray five times a day, to read Quran, to turn off TV volume when adzan. They might find it useless routine for their advanced logic but soon I know their heart would guide them like my heart was

Someday they would go far from their lover, and I can’t catch them no longer

They will talk about technology and philosophy. About change they want to make, they want to be. I will keep telling myself that their life is theirs and I got my part already. I will start walking in the empty house, scanning picture albums, and post them online to grab their attention. Wish that sort of nostalgia could chill us to the bones

Then I will open their albums and find them with their new lover. In the new house, new furniture, new dresses, and new languages. I will be happy, because I had in that phase. But what if happiness is the only thing that last?

These thought are start to scare me out. But before I sleep let me tell you something

I’ll try not to forget that they are not the only one learning. You and I would still on a journey. When they are growing up and we growing old, we will grow together. When they earning and we are losing, we will try to give and take. When they break the rules, we will find a way how to forgive and forget

And someday, every-single-day in front of our kids and their kids, I’ll tell them I love you endlessly


♥♥  follow me on twitter @dityDM  ♥♥

Selasa, 24 Desember 2013

Catatan kecil buat Ibu, Calon Ibu, dan Anak Ibu




22 Desember di Indonesia diperingati sebagai Mother's Day - Hari Ibu. Kita tidak tahu darimana datangnya itu, yang jelas seharusnya Hari Ibu bukan alasan untuk baik pada ibu pada satu hari saja, karena mereka layak mendapatkan itu dari kita setiap harinya.

Jadi, Hari Ibu seharusnya bukan ajang "pamer" perhatian pada ibu pada satu hari saja, namun lebih kepada pengingat bagi ibu dan bagi anak-anak ibu untuk menghormati dan memuliakan posisi sebagai seorang Ibu.

Maka setidaknya ada hal-hal yg harus diingat oleh ibu & calon ibu :

1. Islam memandang ibu adalah pendidik utama anak

Dalam hadits disebutkan : "Wahai Rasulullah, siapakah di antara manusia yang paling berhak untuk aku berbuat baik kepadanya?" Rasulullah menjawab, "Ibumu." "Kemudian siapa?" tanyanya lagi. "Ibumu," jawab beliau. Kembali orang itu bertanya, "Kemudian siapa?" "Ibumu." "Kemudian siapa?" tanya orang itu lagi. "Kemudian ayahmu," jawab Rasulullah (HR. Bukhari dan Muslim)

Disini ibu disebutkan Rasulullah 3x baru ayah 1x. Kalau boleh mengambil permisalan, maka seharusnya ibu punya tanggung jawab 3x lipat dari ayah. Ibu lah yang mendidik anak-anaknya dalam porsi yang lebih besar. 

>> Semakin baik kualitas ibu, semakin baik generasi yang dihasilkan <<


2. Islam menaruh ibu sebagai orang nomor satu ditaati setelah Allah dan Rasul-Nya

Posisi ini juga bukan posisi yang sembarangan, ini posisi yang sangat mulia. Islam lewat 'birrul walidain' menggariskan bahwa posisi orang tua adalah paling tinggi setelah Allah dan Rasul-Nya. Dan ketaatan kepada mereka disamakan dengan ketaatan pada Allah, dan murka mereka sama seperti murka Allah

Dalam kenyataan, masih banyak kita temukan orangtua, terutama ibu yang justru melarang anaknya berbuat baik, bahkan mensponsori keburukan. Melarang anaknya berkerudung dan berjilbab atau bahkan yang paling miris meminta anaknya melakukan hal-hal yang tidak dibenarkan dalam agama

Bayangkan, bagaimana yang terjadi pada generasi Islam bila orangtuanya semacam ini? Subhanallah...

Seharusnya sebagai orang yang paling ditaati setelah Allah dan Rasulullah, ibu menjadi tiang utama dalam mengajarkan amar ma'ruf dan nahi munkar bagi anaknya. Menjadi teladan hidup bagi anak-anaknya dalam perjuangan Islam


3. Ibu lebih memerlukan ilmu dalam mendidik anak-anaknya, karena itu ibu harus lebih banyak ikutan majelis ta'lim (majelis ilmu)

Anak akan menyerap apapun yang dikatakan ibunya, karena ibunya adalah patron baginya. Ada ibu-ibu yang beralasan bahwa dia terlalu sibuk, terlalu banyak kerjaan untuk mengikuti majelis ta'lim dan mengkaji Islam

Justru sebaliknya, semakin banyak kita memiliki anak, maka semakin banyak ilmu yang perlu kita siapkan. Dan ilmu tidak mungkin ada tanpa kita cari dan kita kaji

Membesarkan anak tanpa ilmu sama saja menuntunnya ke depan jurang kehidupan. Dan mencari ilmu dalam mendidik anak (walaupun sulit), akan memudahkan urusan kita di alam kubur nantinya


4. Buat ibu-ibu yang berkarir, "is it worthed?" sekian juta sebagai pengganti waktu dengan buah hati?

Bila kita menanyakan "Siapa ibu de-facto anak-anak masa kini?". Mungkin 'pembantu', 'babysitter' adalah jawaban yang tepat. Anak-anak main dengannya, tidur dengannya, bercengkerama dengannya, disuapi makan olehnya dan bahkan disusui olehnya. Dengan alasan nafkah padahal sebenarnya bisa kalau diusahakan dengan cara lain semisal menjadi womenpreneur, penulis, dosen, dll sayangnya mereka lebih menerjunkan diri pada dunia kerja yang tak berkesudahan. Pergi saat buat hati masih tidur, dan pulang ketika mereka telah tidur

Jangan salahkan pembantu dan babysitter ketika anaknya nantinya justru menangis saat ditinggal pembantu atau babysitter daripada ditinggal ibunya

Maksimal dalam mendidik anak bukan masalah materi. Tapi masalah ilmu yang kita berikan untuk dia. Jangan sampe nyesel di belakang karena tidak memberikan pendidikan yang maksimal

Ala kulli hal, bagi ibu -calon ibu- dan anak-anaknya. Patut kiranya kita mengetahui bahwa jasa ibu tak akan dapat dibalas oleh anak-anaknya. Simak hadits berikut :

Suatu ketika Rasul ditanya oleh seseorang : "Ya Rasul, sungguh saya telah menggendong ibu saya sejauh 2 farsakh (9,6 kilometer) di jalan berpasir yang terik, andai atas pasir itu diletakkan sepotong daging niscaya matang daging itu. Apakah dengan begitu saya yang menyampaikan rasa terima kasih saya kepadanya?", Nabi menjawab, "Mungkin hal itu baru bisa membalas sedikit rasa sakitnya saat bunda melahirkanmu" (HR. Thabrani)

Semoga sayang kita kepada kedua orangtua khususnya ibu menjadi lebih termaknai, dan semoga persiapan menjadi ibu serta mendidik anak semakin baik


--- Diah Murwati ---

Follow me on twitter @dityDM

Sabtu, 12 Oktober 2013

Dan Bersyukurlah…



Dalam pemikiran sederhana saya, kehidupan di dunia ini sesungguhnya pergantian antara saat untuk bersyukur dan bersabar. Kehidupan manusia itu kan seperti roda yang berputar, terkadang berada di atas (kaya raya, terkenal, banyak teman, juara lomba ini itu, jabatan tinggi, harta berlimpah, memiliki kekuasaan, dan kadang berada di bawah (kemiskinan, kekalahan, fitnah, hilangnya jabatan dan kekuasaan, dan seterusnya).

Saat kita mendapat nikmat dan kesenangan, di situlah waktu kita bersyukur, dan di saat kita menerima ujian dan cobaan, di situlah kita bersabar. Tapi menariknya, kalau kata “bersabar” ini diturunkan dan diperlebar lagi pengertiannya, sebenarnya sabar saat menerima segala ujian dan cobaan itu kan yaa nama lain dari bersyukur.

Mengapa kita harus tetap bersyukur bahkan di saat diberikan ujian? Pertama, karena ilmu manusia itu terbatas. Saat kita diberikan cobaan, kita melihatnya sebagai hal buruk, padahal belum tentu. Mungkin saja akan ada hikmah dan manfaat dari hal tersebut. Penglihatan manusia hanya sebatas ilmu yang dimiliki, tidak lebih. Sementara ilmu pengetahuan yang dimiliki Allah SWT seluas langit dan bumi, bahkan lebih.




Jadi mungkin saja dalam pandangan manusia ujian yang diterimanya itu buruk, padahal menurut pandangan Allah itulah yang terbaik, dan begitu juga sebaliknya. Dia-lah yang paling mengetahui keadaan hamba-hambaNya.

“…Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (QS. Al-Baqarah [2] :216)

Misalkan kita menerima cobaan tidak bisa masuk ke universitas yang diinginkan, kita kesal dan dongkol setengah mati karena merasa sudah habis-habisan belajar dan mempersiapkan diri agar diterima di Universitas tersebut. Padahal kita tidak tahu bahwa mungkin saja Allah punya rencana lain. Dia tidak menempatkan di Universitas A, tapi ditempatkan di Universitas B, dan akhirnya justru kita sangat bersinar di sana.

Kedua,  yang namanya ujian itu adalah media untuk kenaikan tingkat. Di sekolah, pasti setiap semester ada yang namanya ujian kenaikan kelas, ujian semester, atau apapun namanya, yang pasti tujuannya untuk naik kelas.

Kalau nggak ada ujian yaa jangan harap naik kelas! Nah sama halnya adanya cobaan dan ujian yang kita hadapi dalam hidup ini, itulah yang akan menaikkan tingkatan kita

Terkadang kita merasa bahwa kita-lah orang yang paling berat cobaannya di muka bumi ini. Ternyata jauh lebih banyak orang-orang yang memiliki kehidupan tidak seberutung kita. Contoh mudahnya lihat sekeliling kita, masih banyak fakir miskin di negara ini, anak-anak jalanan yang tidak terurus, orang tua yang tidak memiliki tempat tinggal, dll.

Saya pun bersyukur atas semua karunia dan kenikmatan yang telah Allah berikan, dan di sisi lain juga bersyukur atas semua cobaan dan ujian yang diberikan-Nya, meskipun terkadang terasa berat untuk menjalaninya.

Tapi bukankah Dia Yang Maha Kuasa telah menyampaikan dalam Al-Qur’an (QS. Al-Baqarah [2] : 286) bahwa Allah SWT tidak akan memberikan cobaan dan ujian yang melebihi kemampuan kita? Jadi, nikmati saja segala warna warni perjalanan hidup ini dengan penuh syukur ^_^




--- Diah Murwati ---

Follow me on twitter @dityDM

Sabtu, 21 September 2013

Ibu, Madrasah Pertamaku



Berbicara tentang peran Ibu kembali mengingatkanku ketika awal dimana saya harus tinggal jauh dari kedua orang tua & kedua adik laki-laki yang teramat kusayangi. Ketika itu saya baru memulai hidup baru yang tentunya berbeda dengan kehidupan sebelumnya yaitu awal masuk perkuliahan. Well, bagaimanapun juga semua harus dihadapi karena di sinilah titik dimana kemandirian terbentuk dimana saya harus memikul tanggungjawab yang besar, yaitu menjaga diri sendiri, menjaga amanah rumah ayah bunda & menjaga prestasi selama kuliah ketika jauh dari kedua orang tua.

Perpisahan membuat saya lebih mandiri dari sebelumnya. Ya, semua berawal saat Ayah mendapatkan amanah tugas dinas ke kawasan Manokwari, Papua Barat selama ± 4 tahun. Oleh karena itu, Ibu & adik pun menemani Ayah ke Manokwari, Papua sementara saya tetap tinggal di Jakarta & mengemban tanggungjawab sebagai salah satu mahasiswi di Universitas Indonesia.

Ketika malam hadir selalu saja saya merindukan kehadiran Ibu di sisi. Ya, hidup di Jakarta seorang diri pada saat itu cukup berat. Teringat dulu di kampus jika saya kangen dengan Ibu & tidak dapat menghubungi Beliau dikarenakan keterbatasan sinyal di kawasan Papua saya mendengarkan sebuah lagu yang penuh makna disertai kerinduan yang sangat dirasakan saya pada sosok Ibu.

Pada bagian lirik lagu itu dikatakan bahwa “sedari kecil hingga dewasa, Ibu menjaga, membelai penuh manja”. Sebuah gambaran yang menunjukkan betapa besarnya peran seorang Ibu pada anaknya dalam berbagai aspek kehidupan. Ketika dalam kandungan, Sembilan bulan lamanya seorang anak diasuh, dirawat dengan penuh kehati-hatian. Ketika sedang mengandung seorang Ibu senantiasa menjaga sikap, emosi, makanan, kesehatan dan hal lainnya. Semua itu dilakukan karena seorang Ibu tidak ingin anak yang sedang dikandungnya mendapatkan dampak buruk dari kecerobohan yang dilakukan.

Dalam bersikap seorang Ibu yang sedang hamil terlihat lebih santun & sabar, hal itu dikarenakan sang Ibu pun sadar bahwa sejak dalam kandungan dia sudah mulai mendidik anaknya. Di saat sang Ibu marah, anak yang dalam kandungan pun merespon marah tersebut dan berdampak tak baik bagi perkembangan otak anak. Demikian juga saat sang Ibu membaca Al-Quran, maka anak di dalam kandungan pun meresponnya dengan baik pula. Kalangan ahli kedokteran dan ilmu jiwa menyarankan agar mendidik anak diawali dari saat dalam kandungan. Maka tidaklah salah jika seorang Ibu merupakan madrasah pertama bagi anaknya.

Menjadi sosok mulia penuh cinta, seorang Ibu menjadi tumpuan utama dalam mencetak generasi tangguh, cerdas dan berakhlak mulia yang akan memunculkan sebuah harapan untuk memimpin umat ini di masa yang akan datang. Sebagai madrasah yang tentunya banyak ilmu yang disampaikan dan diajarkan, seorang Ibu haruslah memiliki wawasan keilmuan yang luas. Di sanalah seorang anak pertama kali belajar bersikap, belajar mengenal Tuhannya, belajar mengenal apa yang ada di sekitarnya, semua berawal dari madrasah itu. Ibu sebagai lembaga pendidikan tentunya harus dipersiapkan dengan baik. Seperti kutipan dari perkataan Ahmad Syauqi bahwa,”Seorang wanita (Ibu) adalah lembaga pendidikan, yang jika ia benar-benar mempersiapkan dirinya, berarti ia telah mempersiapkan sebuah generasi yang digdaya”. Maka wajiblah jika seperti itu kepada seluruh wanita untuk menuntut ilmu setinggi-tingginya. Tanpa ilmu dan pemahaman yang benar mungkin generasi tangguh, cerdas dan berakhlak mulia tidak akan pernah terwujud selama-lamanya.

Namun saat ditengok pada realita yang ada, masih banyak para wanita yang tidak menganggap penting sebuah pendidikan dirinya. Mereka berpendapat, “buat apa sekolah tinggi-tinggi toh kalau nantinya cuma jadi Ibu rumah tangga?” atau ada juga mereka yang bersemangat mengejar gelar pendidikan tingginya namun dengan tujuan  untuk kepentingan karirnya saja. Sehingga ketika memiliki seorang anak dia sangat mudah mengalihkan fungsi Ibu yang seharusnya diperankan olehnya kepada seorang pembantu yang biasanya tidak begitu diperhatikan latar belakang pendidikannya, oleh karena itu waktu untuk anak pun sangat terbatas bahkan mungkin tidak ada. Tidak aneh jadinya ketika melihat seorang anak yang sangat sulit diarahkan atau bahkan terjerumus dalam pergaulan bebas yang menghancurkan masa depannya. Hal itu menjadi salah satu akibat kurangnya kasih sayang yang diberikan kedua orangtua khususnya seorang Ibu.

Hmm… sungguh disayangkan sekali realita yang terjadi saat ini, ketidakpahaman yang berujung pada kesalahpahaman dalam memandang pendidikan berimbas pada nasib generasi masa depan.

Ketahuilah wahai para wanita, sungguh derajat muliamu sudah ditinggikan posisinya oleh Allah SWT, seperti dalam hadist nabi Muhammad SAW, dari Abu Hurairah berkata : “Datang seseorang kepada rasulullah lalu bertanya : Wahai Rasulullah, siapa yang paling berhak untuk saya berbuat baik padanya? Rasulullah menjawab : Ibumu, Dia bertanya lagi : Lalu siapa? Rasulullah menjawab: Ibumu, Dia pun bertanya lagi : Lalu Siapa? Rasulullah kembali menjawab: Ibumu, lalu dia bertanya lagi: Lalu siapa? Rasulullah menjawab: Bapakmu.’ (HR.Bukhari: 5971, Muslim: 2548). Wahai wanita, mulianya engkau hingga diulang tiga kali Nabi Muhammad SAW menyebutmu sebelum ayah setelah itu.

Saudariku yang insya Allah di kemudian hari akan menjadi seorang Ibu, menjadi seorang Ibu, menjadi Ibu rumah tangga bukanlah pekerjaan rendahan bahkan hina. Sungguh itulah pekerjaan muliamu yang membuka peluang bagimu mendulang pahala sebagai tabungan akhiratmu. Dengannya engkau dapat memberikan kontribusi nyata dalam mencetak generasi tangguh, cerdas dan berakhlak mulia bagi bangsa dan juga agama. Ilmu yang engkau dapatkan dari pendidikan formal sampai tingkat tertinggi pun tak akan menjadi sebuah kesia-siaan karena dengannya engkau dapat berbagi dengan anakmu kelak sehingga dia menjadi sosok unggul di masa depannya. Mulia dan sangat berarti peran seorang Ibu

Untuk mengakhiri tulisan ini, ingin kusampaikan bahwa tanpamu (Ibu) mungkin aku tak bisa menulis sepanjang ini, tak bisa ku mengenal Allah SWT sebagai Tuhanku seperti sekarang ini. Engkaulah yang pertama kali mengenalkan semua itu padaku, kau ajarkan dengan kesabaranmu. Ibu, sungguh kaulah madrasah pertama bagiku.

Sedikit ku selipkan dua lagu Indah pada penutup tulisan ini tentang sosok Ibu untuk mengingat akan jasa-jasanya dan sebagai penawar rasa rindu padanya.

Doa Untuk Ibu

Kau memberikanku hidup
Kau memberikanku kasih sayang
Tulusnya cintamu, Putihnya kasihmu
Takkan pernah terbalaskan

Hangat dalam dekapanmu
Memberikan aku kedamaian
Eratnya pelukmu Nikmatnya belaimu
Takkan pernah terlupakan

Oh Ibu…
Terimakasih untuk kasih sayang yang tak pernah usai
Tulusnya cintamu tak akan mampu untuk terbalaskan

Oh Ibu…
Semoga Tuhan memberikan kedamaian dalam hidupmu
Putih kasihmu akan abadi dalam hidupku 

 ***

 Kasihnya Ibu

Kasihnya Ibu tulus sejati
Seperti Rasul taatnya pada Ilahi
Ikhlas suci kekal abadi
Kasihnya tak dapat ditukar ganti

Sedari kecil, hingga dewasa
Ibu menjaga, membelai penuh manja
Sabar tanpa penat dan lelah
Karena kewajiban dan amanah

Kini engkau telah dewasa
Hati Ibu mesti dijaga
Jangan jadi anak durhaka
Kasihnya Ibu membawa ke Surga


Follow me on twitter @dityDM


Senin, 05 Agustus 2013

RAMADHAN SEBAGAI MOMENTUM AKSELERATOR



Assalamu’alaikum sahabat-sahabat semua !  ^_^

Gimana puasanya lancar semua? Tidak terasa ya sudah 20 hari lebih Bulan Ramadhan kita lalui. Semoga semangat ibadah kita tidak kendor, bahkan terus meningkat ! Kalau dibaratkan seperti piala dunia nih, sekarang kita sudah memasuki masa-masa semifinal menuju final, dimana semakin sedikit yang masih mampu bertahan untuk terus giat beribadah.

Agar kita semua tetap semangat dan bisa masuk ke babak final dari Bulan Ramadhan ini, maka topik tulisan kali ini adalah tentang kehebatan Bulan Ramadhan yang mampu berfungsi sebagai akselerator atau percepatan. Bulan Ramadhan dikatakan sebagai bulan percepatan karena begitu banyak hikmah yang bisa didapatkan.

Allah sangat dermawan dalam memberikan bonus pahala beribu-ribu kali lipat dan di sisi lain Dia juga memberikan fasilitas mengunci setan-setan yang biasa mengganggu manusia. Nabi Muhammad s.a.w., bersabda, “Apabila datang Ramadhan, pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup dan setan-setan dibelenggu.’  (HR. Bukhari)

Seperti sebuah sekolah yang memiliki kelas percepatan, anak yang seharusnya lulus dalam masa 3 tahun, bisa dipercepat menjadi 2 tahun saja. Sama halnya dengan Bulan Ramadhan, cucuran rahmat dan kasih sayang Allah SWT pada bulan ini begitu besar sehingga bisa mempercepat pencapaian amal baik dan pahala kita yang tidak mungkin dicapai di bulan biasa.

Percepatan yang pertama didapatkan dari berpuasa selama sebulan penuh ini. Bulan Ramadhan adalah bulan latihan, bulan penempaan, dimana ujian yang sesungguhnya adalah 11 bulan selanjutnya. Puasa adalah ibadah yang sangat spesial, karena balasan bagi tiap orang berbeda dan Allah sendiri lah yang akan langsung memberikan reward kepada hamba-Nya. Sesuai di dalam Hadist Qudsi : 

Puasa ini adalah untuk-Ku, dan Aku-lah yang akan membalaskannya. Sungguh dia telah meninggalkan syahwat, makanan dan minumannya semana-mata karena Aku.”

Berpuasa di Bulan Ramadhan bukan hanya menahan diri dari tidak makan dan minum, tapi juga berpuasa dari membicarakan orang lain, berpuasa dari emosi yang meledak-ledak, berpuasa dari hal-hal yang tidak disenangi Allah, berpuasa dari ghibah dan mendengarkan hal-hal yang tidak baik, dan seterusnya. Berpuasa adalah media terhebat penempaan jasmani dan rohani, yang bertujuan menjadikan pribadi yang lebih baik dibanding sebelumnya. Puasa akan melahirkan manusia baru dengan kepribadian yang tangguh.

Percepatan yang kedua adalah segala amal ibadah kita akan dilipatgandakan oleh Allah. Shalat sunnah di bulan Ramadhan bernilai seperti shalat fardhu, dan shalat fardhu bernilai 70 kali shalat fardhu di bulan lain. Ibadah-ibadah lain seperti membaca Al-Quran, sedekah, dan lain-lain pun mendapatkan ganjaran yang berlipat ganda karena Ramadhan adalah bulan terbaik untuk beribadah kepada Allah SWT. 

“Sebaik-baik sedekah adalah sedekah pada bulan Ramadhan.” (HR. Tirmidzi)

Selain itu, Ramadhan adalah bulan yang sangat mulia karena bulan inilah diturunkannya Al-Qur’an. 

“Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil)….”  (QS. Al-Baqarah :185)

Karena itu, perbanyaklah membaca Al-Qur’an, kalau perlu buat target, minimal di Bulan Ramadhan ini khatam satu kali insya Allah dengan optimis pasti bisa! Tapi jangan optimisnya saja, harus action juga.

Percepatan yang ketiga adalah pada bulan Ramadhan terdapat satu malam yang sangat agung bernama Lailatul Qadr. Ini merupakan salah satu akselerator tercepat dalam mendapatkan pahala dan kebaikan. Di dalam surat Al-Qadr dijelaskan bahwa satu malam ini memiliki kebaikan lebih dari seribu bulan. Segala ibadah dan amal ibadah kita di malam tersebut akan dilipatgandakan pahalanya seolah-olah beribadah selama 1000 bulan.

“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur’an) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar.” (QS. Al-Qadr :1-5)

Subhanallah… Dahsyat! Satu malam lebih baik dibandingkan seribu bulan ! kalau dihitung secara matematis (namanya juga manusia, kadanng suka nggak mau rugi hehehe…), 1000 bulan itu setara dengan 83,3 tahun! Kita saja nggak tahu apa akan diberikan umur panjang hingga 83 tahun, tapi Allah Ar-Rahman memberikan keutamaan bagi siapa saja yang melakukan ibadah pada malam itu, maka seolah-olah dia telah beribadah kurang lebih 83,3 tahun.

Lailatul Qadr itu bukan sebagai tujuan, namun lebih sebagai alat dengan tujuan akhir adalah menjadi pribadi yang lebih bertakwa dan mendapatkan keridhaan Allah. Lailatul Qadr  diberikan Allah sebagai insentif yang sebenarnya bertujuan agar kita terbiasa melakukan ibadah dan menghidupkan malam-malam untuk beribadah kepada Sang Pemilik Alam Semesta. Kalau kita sudah terbiasa menghidupkan malam dengan ibadah, maka otomatis ada atau tidak ada bonus, ibadah tetap dilakukan.

Ilustrasinya seperti orangtua yang memberikan mainan kepada anaknya jika juara kelas. Mungkin di awal, sang anak akan bersemangat karena mainan itulah tujuannya. Tapi sebetulnya tanpa disadari semangat berkompetisi untuk menjadi juara telah tumbuh di anak tersebut dan lama kelamaan hadiah sudah tidak menjadi penting lagi bagi dia. Ada atau tidak ada hadiah, sang anak akan tetap berusaha menjadi juara kelas.
Hakikat dari seluruh ibadah yang kita kerjakan dalam bulan Ramadhan adalah dalam rangka membersihkan jiwa (tazkiyah an-nafs) untuk betul-betul menjadi pribadi yang bertakwa (muttaqin). Secara bahasa, takwa berarti menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Dalam Surat Adz-Dzariyat dijelaskan tentang cirri-ciri orang yang bertakwa beserta balasannya.

Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa itu berada dalam taman-taman (Surga) dan mata air-mata air. Sambil menerima segala pemberian Rabb mereka. Sesungguhnya mereka sebelum itu di dunia adalah orang-orang yang berbuat kebaikan. Di dunia mereka sedikit sekali tidur di waktu malam. Dan selalu memohon ampunan di waktu pagi sebelum fajar. Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang tidak mendapat bagian.”  (QS. Adz-Dzariyat : 15-19)

Ciri yang pertama orang yang bertakwa adalah orang-orang yang suka berbuat ihsan atau kebaikan. Lalu ciri selanjutnya dari orang yang bertakwa dalam ayat tersebut adalah orang yang menghidupkan waktu malamnya dengan beribadah (bertahajud, i’tikaf, membaca Al-Qur’an, dll), orang yang selalu beristigfar, orang yang gemar bersedekah dan mengeluarkan sebagian hartanya ada hak untuk kaum fakir miskin. Semoga kita semua termasuk ke dalam ciri-ciri tersebut.

Akhirnya sebagai penutup, Ramadhan akan segera berakhir, ayo segera perbanyak ibadah kita. Semoga kita diberikan kekuatan oleh Allah untuk mengisi hari-hari Bulan Ramadhan ini dengan memperbanyak amal saleh untuk menggapai predikat menjadi orang yang bertakwa.

Mari kita semua kencangkan sabuk pengaman dan bersiap take-off untuk beribadah !

Salam Ramadhan Kareem   ^_^