Selamat Datang di Taman Hatiku ^_^

Here on my blog, just try to share everything just crossed my minds, my thoughts, my feelings, my experience, and my knowledge, because I'm sure I can learn something when I'm share something. That's called "Spirit of Learning by Sharing"


"Kesulitan tidak akan begitu sulit jika kita mengatasinya sedikit demi sedikit. Selain itu semakin cepat kita menyadari hikmah yang kita peroleh dari pengalaman itu, maka semakin mudah bagi kita untuk menghadapinya"

^Diah Murwati^

Mengenai Saya

Foto saya
Saya bukan siapa-siapa. Saya hanya seorang anak yang sangat mencintai kedua orangtua saya. Saya hanya seorang kakak yang sangat mencintai kedua adik-adik saya dan Saya ingin membuat mereka bangga karena memiliki saya.. itu saja. Cukuplah Al Qur'an sebagai teman, Syukur-lkhlas-sabar sebagai pengiring, dan Kematian sebagai peringatan. Semoga Allah meridhai.. "Life is not to receive, but it's about a gift" Tumbuh dan mencintalah! Semoga napas yang kumiliki bisa bernilai untuk napas-napas yang lain... ^_^ Jika ini adalah sebuah perjalanan jauh, maka akan kupacu diriku tanpa mengenal lelah, belajar mengarungi hidup seperti air yg mengalir, menciptakan atmosfer yg penuh kasih sayang sebagai tempat bersandar bagi orang yg kelelahan layaknya Fillicium, Insya Allah... I learned a lot from my family, my friends and life it self. My hope: I want to be a big people who have high integrity, eclectic and useful for wide society, or other name "khoirun nas anfa'uhum lin nas". Aamiin..

Rabu, 04 Juli 2018

We are Strong for A Reason...



"Strength grows in the moment when you think you can't go on but you keep going anyway"
(unknown)

Seorang nenek tua tengah memanggul karung beras yang mungkin beratnya lebih dari 25kg. Dengan perlahan, ia menapaki jalanan berbukit di pedesaan dalam. Sembari menyapa saat bertatapan dengannya, "Mbah, iku abot, kulo bantu nggeh?" (artinya, mbah itu berat, saya bantu ya). Lalu si mbah dengan keriput yang terlihat jelas di wajahnya tersenyum dan berkata "Rapopo. Sampun sakbendino. Kuat insya Allah..." (Gapapa. Udah biasa setiap hari. Kuat insya Allah..."). Dan ternyata, nenek itu hidup bersama 2 orang cucunya, sedang anak dan menantunya merantau ke kota. Maka ia tetap bertani dan memanen untuk membesarkan cucu yang dititipkan kepadanya.

______

Di siang terik panas, terdengar suara serak seorang kakek "Bale baleeee.. Balenya buuu.." Agak parau terdengarnya. Hingga akhirnya suara itu terdengar semakin jelas, dan dapat saya lihat sosok tua dengan keringat menderas di punggungnya menggotong sebuah bale (tempat duduk yang terbuat dari bambu) lewat di depan rumah. Kata ayah saya, istrinya terkena stroke dan bapak ini terkena PHK sejak 10 tahun lalu. Jadilah ia bekerja apa saja untuk menghidupi keluarga kecilnya, mulai dari mencuci baju, jualan kerupuk, hingga bale. Lalu saya hanya dapat berdoa dalam hati, "Ya Allah... limpahkanlah rezeki kepada kakek itu, seorang pekerja keras yang terus berusaha mendapatkan rezeki-Mu"

_______

"Lontong pecel buuu...", terdengar sebuah suara yang sudah tidak asing di telinga saya, milik seorang nenek tua yang tinggalnya tak begitu jauh dari rumah, di pinggir bantaran kali tepatnya, sebuah rumah petak yang begitu sederhana. "Iya Nek", jawab saya segera. "Nenek itu tinggal sendiri Mbak.. anaknya nggak ada yang mau urus. Setiap hari ya membuat lontong pecel agar ada pemasukan untuk membiayai kebutuhannya sehari-hari. Mungkin usianya sudah lebih dari 70 tahun.", begitu kisah yang terdengar dari bunda saya.

_______

"Berat betul ujianmu, Kak.. suamimu sudah menghadap Allah terlebih dahulu, meninggalkan 3 orang anak yang masih kecil-kecil", ujar seorang saudari perempuan kepada temannya. "Insya Allah.. Tak perlu ragu jika Allah menjadi sandaran hidupmu. Karena Ia yang Maha Mencukupkan segalanya mengiringi waktu", begitu jawabnya. Dan saat ini ketiga anaknya sudah besar dan menjadi sarjana. Ada seorang yang menjadi ahli informatika, dokter di rumah sakit swasta, sedang yang paling kecil mendapat beasiswa sekolah di perguruan tinggi terkemuka.

_______

Keempat kisah di atas benar adanya. Bahkan mungkin, ada yang lebih berat ujiannya. Membuat kita berkaca, bahwa bisa jadi ujian kita tidak lebih berat dibandingkan mereka. Bahwa ternyata, ada orang-orang yang begitu kuat menjalani harinya, seberat apapun dirasa. Kemudian saya baru menyadari, mungkin setiap orang dapat menjadi kuat karena mereka punya alasan dibaliknya. Mereka bukan kuat karena diri mereka, tapi karena ada alasan kuat akan kekuatannya.

Coba kita ingat, ini sama saja seperti Ibu yang meski letih mengurus anaknya seharian, ketika sang anak demam, tetap ia bersiaga meski harus bergadang dan paginya sudah dengan sigap menyiapkan sarapan. Atau kalau kita ingat, ibu adalah orang yang paling bersiaga, untuk terbangun tengah malam tanpa diminta, hanya untuk memenuhi hak ASI anaknya.

Begitu juga saat saya melihat sosok seorang ayah, meskipun begitu lelah dengan pekerjaan kantornya, pegal-pegal dirasa, ia tetap berangkat kerja demi memenuhi kewajiban memberi nafkah bagi keluarga. Atau saat ia begitu perkasa membantu mengangkat koper dan barang belanjaan lainnya. Menjadi yang terdepan, jika ada sesuatu yang membahayakan istri dan anak-anak tersayang.

Sama juga seperti muslim muslimah yang rela berdakwah di daerah terpencil, hanya demi kecintaan kepada Rabb-Nya, berharap surga sebagai tempat pemberhentian akhirnya. Atau siswa/mahasiswa yang tetap berangkat sekolah/kuliah meskipun perjalanan terjal dan tidak sebentar atau mungkin tidak memiliki uang, namun karena kecintaannya yang begitu tinggi kepada ilmu, ia terus berusaha semampunya, berharap perbaikan dan kebaikan mengiringinya selalu.

Karena sebuah alasan, setiap orang memiliki kekuatan. Hal yang berat mampu dijalani, sesuatu yang sulit dapat diatasi. Tanpa berputus asa, terus mengupayakan yang terbaik yang kita bisa. Dan bisa jadi, alasan kekuatan itu berbeda-beda bentuknya. Entah demi anak yang didamba, keluarga yang dicinta, membahagiakan orang tua, atau ingin bermanfaat untuk sesama. Ia, itu juga mungkin jawaban untuk muslimah yang bertanya "Mba.. koq kuat sih ngerjain ini itu", "Mba koq bisa sih bertahan padahal seringkali banyak rintangan yang mesti dihadapi", "Hati Mba dity terbuat dari apa sih, bisa sekuat itu? mungkin saya belum tentu bisa pasti bisa emosional dalam menghadapi itu". Bisa jadi, karena saya memiliki alasan kuat dibalik semua itu. Motivasi yang tak pernah kendur seiring dengan berjalannya waktu. Mengakar motivasi dan gerak langkah hanya untuk keridhaan Allah yang dituju, bukankah itu sebaik-baik nawaitu?

Maka tak akan menyesal mereka yang menjadikan Allah sebagai landasan, muara segala kekuatan. Saat ujian nya seakan tak henti berdatangan, mungkin ini saatnya kita untuk lebih mendekat kepada Dzat Yang Maha Menguatkan. Saat kita merasa kehilangan kekuatan, cobalah mengembalikan hati kepada semulia-mulia niatan. Bukankah janji surga -Nya tak pernah lekang tergilas zaman. Maka mari kita menambatkan kekuatan pada Dzat Yang Maha Kekal, sumber energi yang tak berkesudahan...

"At times Allah test us, it is not to reveal our weaknesses, but for us to discover our strength..."


          ❤❤❤ Follow me on Instagram Dity Diah Murwati ❤❤❤


Rabu, 27 Juni 2018

MERAJUT ASA




"Setiap harap, ia tumbuh bersama tekad. Yang dengannya harap tak hanya mengurai lenyap, tapi juga membenihkan langkah juang yang kuat. Setiap doa, ia tumbuh bersama taqwa. Yang dengannya doa tak hanya mengurai pinta, tapi juga upaya mendekatkan diri pada-Nya. Semoga tekad dan taqwa, selalu ada dalam setiap cita dan perjuangan kita merajut asa.."

Belajar darimu adik Najwa, mengurai pinta pada Allah saat kesulitan belajar kau temui. Lisanmu berurai, "Rabbi zidni 'ilman war zuqni fahman" ('O Lord increase me in knowledge and grant me understanding). Karena pemahaman, hakikatnya datang dari Dzat Yang Maha Memiliki Pengetahuan. Kita paham bukan karena kita pintar, kita paham karena Allah izinkan. Maka iringilah ikhtiar belajar dengan selalu meluruskan niat dan memohon pada-Nya kepemahaman. Semoga Allah mudahkan, Allah tambahkan keberkahan, Aamiin... 

          ❤❤❤ Follow me on Instagram Dity Diah Murwati ❤❤❤


Selasa, 06 Maret 2018

SOCIAL MEDIA



I'm right now getting really upset on how social media drive our way of life. Here, we're living in the world where personal things become public consumption. Don't get me wrong, don't ever think for a second that i'm the one avoiding an interaction with social media or socmed. In fact, i can be classified as an addicted one. I had whatever now most famous socmed installed in my phone. That's why i'm really annoyed, to my own self probably.



We're now getting used to share our personal thoughts, stories, or even some kind of feelings or secret. We let anybody knows what's going on, what we feel, what happen. And worse, most of them seeing are the ones we don't really know in person. It's now easy to know some info about our friends or even families, with only some clicks or touch. The wall page or timelines give much more information than what they tell to us. They just don't want to tell us personally. Instead, they update status. What is going on here? We give a huge privilege to "friends" by giving less respect to our closest ones.

At this point, we're not only losing our privacy, but also intimacy. But, who cares? People become more comfortable engaging to this weird relationship. A relationship with hundreds of likes, loves, or retweets. As if they really care. Sadly, most don't really care, they just curious.

It is started to be admitted that we feel we know someone through their socmed. I can say it might be true. Your thoughts, way of thinking, or passion could be reflected on what you write on those. But sometimes it becomes too naive that we believe (like, seriously believe) those all perfectly reflect one's personality and life. We give too much weight on what is presented in the screen when judging. And trust it. And feel like it's no need to be confirmed.

I can't say i will stop these socmed thing, no ofcourse not (i even doubt if i can leave them!) :p but sometimes those things are pissed me off. And it's getting me tired. Like too much information more than needed. I'm just trying to appreciate more who sit and stand with me. Who can give me a real touch. Or at least a personal talk. Put more effort to meet up and have each other's laugh. Appreciate those who's been here with me. Not always physically, but I know their presence is real. I wanna read more book and less timeline.

Maybe that's all.