Selamat Datang di Taman Hatiku ^_^

Here on my blog, just try to share everything just crossed my minds, my thoughts, my feelings, my experience, and my knowledge, because I'm sure I can learn something when I'm share something. That's called "Spirit of Learning by Sharing"


"Kesulitan tidak akan begitu sulit jika kita mengatasinya sedikit demi sedikit. Selain itu semakin cepat kita menyadari hikmah yang kita peroleh dari pengalaman itu, maka semakin mudah bagi kita untuk menghadapinya"

^Diah Murwati^

Mengenai Saya

Foto saya
Saya bukan siapa-siapa. Saya hanya seorang anak yang sangat mencintai kedua orangtua saya. Saya hanya seorang kakak yang sangat mencintai kedua adik-adik saya dan Saya ingin membuat mereka bangga karena memiliki saya.. itu saja. Cukuplah Al Qur'an sebagai teman, Syukur-lkhlas-sabar sebagai pengiring, dan Kematian sebagai peringatan. Semoga Allah meridhai.. "Life is not to receive, but it's about a gift" Tumbuh dan mencintalah! Semoga napas yang kumiliki bisa bernilai untuk napas-napas yang lain... ^_^ Jika ini adalah sebuah perjalanan jauh, maka akan kupacu diriku tanpa mengenal lelah, belajar mengarungi hidup seperti air yg mengalir, menciptakan atmosfer yg penuh kasih sayang sebagai tempat bersandar bagi orang yg kelelahan layaknya Fillicium, Insya Allah... I learned a lot from my family, my friends and life it self. My hope: I want to be a big people who have high integrity, eclectic and useful for wide society, or other name "khoirun nas anfa'uhum lin nas". Aamiin..

Selasa, 12 September 2017

Nikmatnya Mereguk Ilmu dan Merajut Cita



"If you are not willing to learn, no one can help you. If you are determined to learn, no one can stop you." -anonymous-

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Sahabatku tersayang... bagaimana kabarmu hari ini? Semoga Allah SWT selalu melindungi tiap langkahmu, memberikan keberkahan di sisa usiamu, Aamiin...

Rinduuuuu... update tulisan di Blog ini.. sudah lama tidak memperbaharui tulisan di blog ini.. beberapa bulan terakhir ini selain aktivitas seperti biasa bekerja di kantor saat ini saya sedang fokus mencari materi tambahan untuk buku non fiksi yang sedang saya persiapkan untuk segera naik cetak, mohon doanya yaa semuaaaa... semoga lancaaaaar dan berkah ilmunya, Aamiin..

Lama tak update.. tulisan ini berawal dari flashback saya saat melihat banyak foto graduation (wisuda) yang berseliweran di Instagram maupun kiriman foto di group WhatsApp ILUNI UI ataupun foto dan video yang dikirim oleh sahabat-sahabatku tersayang.. Yes, bagi saya wisuda adalah salah satu momen sakral. Saat dimana kita dapat begitu haru melihat senyum bangga dan bahagia dari wajah kedua orang tua kita. Saat dimana masa perjuangan kuliah, turun lapangan, dan menulis skripsi seakan begitu mudah dan segala lelah terbayar sudah. Masa pembuktian bahwa segala perjuangan orang tua membesarkan dan menyekolahkan putra putrinya pada akhirnya berbuah nyata.


Foto Dity Diah Murwaty.
Wisuda Program Sarjana Universitas Indonesia
Tidak ada teks alternatif otomatis yang tersedia.
Tidak ada teks alternatif otomatis yang tersedia.
Tepat Agustus 2009 lalu, Alhamdulillah Allah takdirkan saya lulus tepat waktu (4 tahun) walaupun sebenarnya Kepala Prodi (Pak Maman) sudah memberikan saya kesempatan untuk dapat menyelesaikan kuliah 3,5tahun, tapi Ayah tercinta berkehendak lain dengan alasan supaya saya masih bisa leluasa menambah ilmu satu semester lagi di kampus UI Depok. Apapun itu, saya tetap puas dengan IPK yang saya dapatkan selama perkuliahan 4 tahun hasilnya benar-benar maksimal. Bagi saya, itupun sebuah pembuktian bahwa seorang aktivis mahasiswi dengan segala kegiatan akademisi dan kegiatan BEM Fakultas serta BEM Univ. masih mampu berprestasi dan lulus tepat waktu. Saya ingin mematahkan pendapat yang mengatakan bahwa aktivis itu lulusnya telat. Masih jelas terbayang di dalam bayangan saya, wajah syukur penuh haru di mata ayah saat menghadiri acara saya wisuda dan ibunda yang kala itu masih berada di Manokwari pun tak kuasa mengeluarkan airmata haru bahwa anaknya bisa amanah selama tinggal di Jakarta dengan menyelesaikan kuliah tepat waktu dengan hasil yang maksimal. 


Foto Dity Diah Murwaty.
Chacha yang saat ini sedang melanjutkan studi S2 di Inggris dan 
Rieke yang fokus jadi Womanpreneur

Foto Dity Diah Murwaty.
wefie kami di dalam balairung UI Depok

Foto Dity Diah Murwaty.
wefie bersama para cum laude sebelum akhirnya kami berpisah mengejar cita masing-masing\

Foto Dity Diah Murwaty.

Foto Dity Diah Murwaty.
Tidak ada teks alternatif otomatis yang tersedia.
Tidak ada teks alternatif otomatis yang tersedia.
Saya berasal dari keluarga sederhana. Ayah saya lulusan dari STIS (Sekolah Tinggi Ilmu Statistik) dan melanjutkan kuliah kembali jurusan Ilmu Statistik di Universitas Gajah Mada, Yogyakarta sedangkan Ibunda tidak pernah mencicipi nikmatnya pendidikan tinggi di Universitas. Mereka berasal dari keluarga desa, yang kemudian merantau ke Jakarta. Kami hanyalah keluarga kecil yang mencoba berjalan mematuhi aturan-Nya. Dan mereka adalah orang tua terbaik bagi saya. Yang telah berjuang begitu besar untuk menunjang segala cita, tempat melabuhkan lelah, mengobarkan semangat, serta memberikan energi terbaik bagi saya untuk terus berkarya dimanapun berada. Menurut saya kecintaan menuntut ilmu tidak membatasi siapapun juga. Mungkin memang benar mereka yang berasal dari keluarga kaya memiliki kesempatan lebih besar untuk bersekolah di universitas-universitas ternama. Tapi setidaknya, pengajaran dan perjuangan orang tua saya membuktikan, bahwa kecintaan kepada ilmu pun dapat dimiliki oleh mereka yang hidup sederhana, mereka yang senantiasa percaya, bahwa ilmulah yang nantinya akan meninggikan derajat mereka di surga.

Bagi saya, menimba ilmu itu bukan hanya sekedar kewajiban, atau kebiasaan manusia hidup untuk menikmati jenjang pendidikan. Menuntut ilmu bukanlah melalui bertahun-tahun belajar hanya demi selembar ijazah, posisi jabatan, atau penentu besarnya penghasilan. Bagi saya, menuntut ilmu adalah ibadah yang tak akan pernah berkesudahan, hingga akhirnya nyawa terpisah dari badan. Ilmu adalah wasilah (jalan), untuk dapat membaktikan diri agar bisa lebih banyak memberi. Ilmu adalah pintu, untuk lebih banyak menebar kebaikan dan membangun perbaikan pada sekitar.

Perjalanan saya menuntut ilmu, semakin meyakinkan saya bahwa saya masihlah begitu bodoh dan masih terlalu sedikit memahami ilmu-Nya yang Maha Luas. sama seperti yang ayah sampaikan "Educating youself does not mean that you were stupid in the first place; it means that you are intelligent enough to know that there is plenty left to learn."

Dan opini saya yang terakhir, bagi saya menimba ilmu itu juga tidak melulu harus di sekolah. Ia berada seiring berjalannya waktu dan berputarnya roda kehidupan kita. Seperti kata E.C. Myers dalam bukunya "You know, learning doesn't end in the classroom." Namun itupun bukan excuse (alasan) untuk hanya menjalani hidup apa adanya, tanpa menggali dan mencari tahu lebih dalam atas sebuah makna. Masih teringat sebuah kalimat "Allah tidak menghukum orang yang tidak tahu, tapi Allah tidak suka dengan orang yang tidak mau tahu." Maka dapat saya simpulkan, kita dapat mereguk ilmu dari banyak pintu, namun pastikan ilmu yang kita dapatkan bermanfaat, bukan hanya untuk diri kita sendiri, tapi juga banyak orang. Jika memang belum memiliki kesempatan bersekolah di universitas-universitas pilihan, tetaplah mereguk manisnya ilmu dari kajian-kajian, mengikuti perkuliahan online atau sekedar menambah buku bacaan, dsb.


❤❤❤ Follow me on Instagram Dity Diah Murwati ❤❤❤