Berbicara tentang peran Ibu kembali mengingatkanku ketika awal dimana saya harus tinggal jauh dari kedua orang tua & kedua adik laki-laki yang teramat kusayangi. Ketika itu saya baru memulai hidup baru yang tentunya berbeda dengan kehidupan sebelumnya yaitu awal masuk perkuliahan. Well, bagaimanapun juga semua harus dihadapi karena di sinilah titik dimana kemandirian terbentuk dimana saya harus memikul tanggungjawab yang besar, yaitu menjaga diri sendiri, menjaga amanah rumah ayah bunda & menjaga prestasi selama kuliah ketika jauh dari kedua orang tua.
Perpisahan membuat saya lebih mandiri dari sebelumnya. Ya, semua berawal saat Ayah mendapatkan amanah tugas dinas ke kawasan Manokwari, Papua Barat selama ± 4 tahun. Oleh karena itu, Ibu & adik pun menemani Ayah ke Manokwari, Papua sementara saya tetap tinggal di Jakarta & mengemban tanggungjawab sebagai salah satu mahasiswi di Universitas Indonesia.
Ketika malam hadir selalu saja saya merindukan kehadiran Ibu di sisi. Ya, hidup di Jakarta seorang diri pada saat itu cukup berat. Teringat dulu di kampus jika saya kangen dengan Ibu & tidak dapat menghubungi Beliau dikarenakan keterbatasan sinyal di kawasan Papua saya mendengarkan sebuah lagu yang penuh makna disertai kerinduan yang sangat dirasakan saya pada sosok Ibu.
Pada bagian lirik lagu itu dikatakan bahwa “sedari kecil hingga dewasa, Ibu menjaga, membelai penuh manja”. Sebuah gambaran yang menunjukkan betapa besarnya peran seorang Ibu pada anaknya dalam berbagai aspek kehidupan. Ketika dalam kandungan, Sembilan bulan lamanya seorang anak diasuh, dirawat dengan penuh kehati-hatian. Ketika sedang mengandung seorang Ibu senantiasa menjaga sikap, emosi, makanan, kesehatan dan hal lainnya. Semua itu dilakukan karena seorang Ibu tidak ingin anak yang sedang dikandungnya mendapatkan dampak buruk dari kecerobohan yang dilakukan.
Dalam bersikap seorang Ibu yang sedang hamil terlihat lebih santun & sabar, hal itu dikarenakan sang Ibu pun sadar bahwa sejak dalam kandungan dia sudah mulai mendidik anaknya. Di saat sang Ibu marah, anak yang dalam kandungan pun merespon marah tersebut dan berdampak tak baik bagi perkembangan otak anak. Demikian juga saat sang Ibu membaca Al-Quran, maka anak di dalam kandungan pun meresponnya dengan baik pula. Kalangan ahli kedokteran dan ilmu jiwa menyarankan agar mendidik anak diawali dari saat dalam kandungan. Maka tidaklah salah jika seorang Ibu merupakan madrasah pertama bagi anaknya.
Menjadi sosok mulia penuh cinta, seorang Ibu menjadi tumpuan utama dalam mencetak generasi tangguh, cerdas dan berakhlak mulia yang akan memunculkan sebuah harapan untuk memimpin umat ini di masa yang akan datang. Sebagai madrasah yang tentunya banyak ilmu yang disampaikan dan diajarkan, seorang Ibu haruslah memiliki wawasan keilmuan yang luas. Di sanalah seorang anak pertama kali belajar bersikap, belajar mengenal Tuhannya, belajar mengenal apa yang ada di sekitarnya, semua berawal dari madrasah itu. Ibu sebagai lembaga pendidikan tentunya harus dipersiapkan dengan baik. Seperti kutipan dari perkataan Ahmad Syauqi bahwa,”Seorang wanita (Ibu) adalah lembaga pendidikan, yang jika ia benar-benar mempersiapkan dirinya, berarti ia telah mempersiapkan sebuah generasi yang digdaya”. Maka wajiblah jika seperti itu kepada seluruh wanita untuk menuntut ilmu setinggi-tingginya. Tanpa ilmu dan pemahaman yang benar mungkin generasi tangguh, cerdas dan berakhlak mulia tidak akan pernah terwujud selama-lamanya.
Namun saat ditengok pada realita yang ada, masih banyak para wanita yang tidak menganggap penting sebuah pendidikan dirinya. Mereka berpendapat, “buat apa sekolah tinggi-tinggi toh kalau nantinya cuma jadi Ibu rumah tangga?” atau ada juga mereka yang bersemangat mengejar gelar pendidikan tingginya namun dengan tujuan untuk kepentingan karirnya saja. Sehingga ketika memiliki seorang anak dia sangat mudah mengalihkan fungsi Ibu yang seharusnya diperankan olehnya kepada seorang pembantu yang biasanya tidak begitu diperhatikan latar belakang pendidikannya, oleh karena itu waktu untuk anak pun sangat terbatas bahkan mungkin tidak ada. Tidak aneh jadinya ketika melihat seorang anak yang sangat sulit diarahkan atau bahkan terjerumus dalam pergaulan bebas yang menghancurkan masa depannya. Hal itu menjadi salah satu akibat kurangnya kasih sayang yang diberikan kedua orangtua khususnya seorang Ibu.
Hmm… sungguh disayangkan sekali realita yang terjadi saat ini, ketidakpahaman yang berujung pada kesalahpahaman dalam memandang pendidikan berimbas pada nasib generasi masa depan.
Ketahuilah wahai para wanita, sungguh derajat muliamu sudah ditinggikan posisinya oleh Allah SWT, seperti dalam hadist nabi Muhammad SAW, dari Abu Hurairah berkata : “Datang seseorang kepada rasulullah lalu bertanya : Wahai Rasulullah, siapa yang paling berhak untuk saya berbuat baik padanya? Rasulullah menjawab : Ibumu, Dia bertanya lagi : Lalu siapa? Rasulullah menjawab: Ibumu, Dia pun bertanya lagi : Lalu Siapa? Rasulullah kembali menjawab: Ibumu, lalu dia bertanya lagi: Lalu siapa? Rasulullah menjawab: Bapakmu.’ (HR.Bukhari: 5971, Muslim: 2548). Wahai wanita, mulianya engkau hingga diulang tiga kali Nabi Muhammad SAW menyebutmu sebelum ayah setelah itu.
Saudariku yang insya Allah di kemudian hari akan menjadi seorang Ibu, menjadi seorang Ibu, menjadi Ibu rumah tangga bukanlah pekerjaan rendahan bahkan hina. Sungguh itulah pekerjaan muliamu yang membuka peluang bagimu mendulang pahala sebagai tabungan akhiratmu. Dengannya engkau dapat memberikan kontribusi nyata dalam mencetak generasi tangguh, cerdas dan berakhlak mulia bagi bangsa dan juga agama. Ilmu yang engkau dapatkan dari pendidikan formal sampai tingkat tertinggi pun tak akan menjadi sebuah kesia-siaan karena dengannya engkau dapat berbagi dengan anakmu kelak sehingga dia menjadi sosok unggul di masa depannya. Mulia dan sangat berarti peran seorang Ibu
Untuk mengakhiri tulisan ini, ingin kusampaikan bahwa tanpamu (Ibu) mungkin aku tak bisa menulis sepanjang ini, tak bisa ku mengenal Allah SWT sebagai Tuhanku seperti sekarang ini. Engkaulah yang pertama kali mengenalkan semua itu padaku, kau ajarkan dengan kesabaranmu. Ibu, sungguh kaulah madrasah pertama bagiku.
Sedikit ku selipkan dua lagu Indah pada penutup tulisan ini tentang sosok Ibu untuk mengingat akan jasa-jasanya dan sebagai penawar rasa rindu padanya.
Doa Untuk Ibu
Kau memberikanku hidup
Kau memberikanku kasih sayang
Tulusnya cintamu, Putihnya kasihmu
Takkan pernah terbalaskan
Hangat dalam dekapanmu
Memberikan aku kedamaian
Eratnya pelukmu Nikmatnya belaimu
Takkan pernah terlupakan
Oh Ibu…
Terimakasih untuk kasih sayang yang tak pernah usai
Tulusnya cintamu tak akan mampu untuk terbalaskan
Oh Ibu…
Semoga Tuhan memberikan kedamaian dalam hidupmu
Putih kasihmu akan abadi dalam hidupku
Kasihnya Ibu tulus sejati
Seperti Rasul taatnya pada Ilahi
Ikhlas suci kekal abadi
Kasihnya tak dapat ditukar ganti
Sedari kecil, hingga dewasa
Ibu menjaga, membelai penuh manja
Sabar tanpa penat dan lelah
Karena kewajiban dan amanah
Kini engkau telah dewasa
Hati Ibu mesti dijaga
Jangan jadi anak durhaka
Kasihnya Ibu membawa ke Surga