Selamat Datang di Taman Hatiku ^_^

Here on my blog, just try to share everything just crossed my minds, my thoughts, my feelings, my experience, and my knowledge, because I'm sure I can learn something when I'm share something. That's called "Spirit of Learning by Sharing"


"Kesulitan tidak akan begitu sulit jika kita mengatasinya sedikit demi sedikit. Selain itu semakin cepat kita menyadari hikmah yang kita peroleh dari pengalaman itu, maka semakin mudah bagi kita untuk menghadapinya"

^Diah Murwati^

Mengenai Saya

Foto saya
Saya bukan siapa-siapa. Saya hanya seorang anak yang sangat mencintai kedua orangtua saya. Saya hanya seorang kakak yang sangat mencintai kedua adik-adik saya dan Saya ingin membuat mereka bangga karena memiliki saya.. itu saja. Cukuplah Al Qur'an sebagai teman, Syukur-lkhlas-sabar sebagai pengiring, dan Kematian sebagai peringatan. Semoga Allah meridhai.. "Life is not to receive, but it's about a gift" Tumbuh dan mencintalah! Semoga napas yang kumiliki bisa bernilai untuk napas-napas yang lain... ^_^ Jika ini adalah sebuah perjalanan jauh, maka akan kupacu diriku tanpa mengenal lelah, belajar mengarungi hidup seperti air yg mengalir, menciptakan atmosfer yg penuh kasih sayang sebagai tempat bersandar bagi orang yg kelelahan layaknya Fillicium, Insya Allah... I learned a lot from my family, my friends and life it self. My hope: I want to be a big people who have high integrity, eclectic and useful for wide society, or other name "khoirun nas anfa'uhum lin nas". Aamiin..

Rabu, 30 Maret 2011

Sincerity



Ketulusan seolah barang langka yang sulit ditemukan di hidup ini. Betapa mahalnya sebuah ketulusan untuk bisa diberikan maupun didapatkan. Karena ketika kita mencoba melakukannya seringkali dipatahkan oleh dugaan yang keliru dari ketulusan tersebut. Rasa sakit terkadang terberi dalam ketulusan yang ikut menepikan nurani. Lalu haruskah mempertahankannya ketika terus dipatahkan?


Ketulusan layaknya membisu. Karena ketulusan tidak bersuara, ia bekerja dalam diam, tapi memberi sepenuh hati. Ia bekerja tanpa pamrih, melupakan dan tanpa mengerti arti meminta. Hanya memberi tanpa harap diberi. Ia halus dalam kasat mata, tak tertangkap indera. Karena ketika menampakkan ketulusan itu, maka akan mengurangi ketulusan itu sendiri. Maka ia mengendap-endap dalam sunyi, melangkah, dan memberi dalam gelap yang tidak engkau sadari.