
Ketulusan seolah barang langka yang sulit ditemukan di hidup ini. Betapa mahalnya sebuah ketulusan untuk bisa diberikan maupun didapatkan. Karena ketika kita mencoba melakukannya seringkali dipatahkan oleh dugaan yang keliru dari ketulusan tersebut. Rasa sakit terkadang terberi dalam ketulusan yang ikut menepikan nurani. Lalu haruskah mempertahankannya ketika terus dipatahkan?
Ketulusan layaknya membisu. Karena ketulusan tidak bersuara, ia bekerja dalam diam, tapi memberi sepenuh hati. Ia bekerja tanpa pamrih, melupakan dan tanpa mengerti arti meminta. Hanya memberi tanpa harap diberi. Ia halus dalam kasat mata, tak tertangkap indera. Karena ketika menampakkan ketulusan itu, maka akan mengurangi ketulusan itu sendiri. Maka ia mengendap-endap dalam sunyi, melangkah, dan memberi dalam gelap yang tidak engkau sadari.