
R. I. N. D. U... buka blog ini lagi... sudah lama tidak menulis... aktivitas yang semakin padat membuat tidak sempatnya up-date tulisan di blog ini.. ada aja aktivitas baru yang menyita perhatian saya... Well, selama masih positif dan masih dalam kebaikan ga' ada salahnya kan dilaksanakan... :)
Yaa... terkadang di sela2 kesibukkan saya di kantor, jika ada waktu luang kadang saya suka baca blog2 kawan2 saya... ada tulisan yang menyita perhatian saya kali ini.... Membaca tulisan salah satu temen baik saya di blognya ada bagian Who Do You Want To Meet: "Siapa aja yang penting hatinya lurus dah. Percuma pinter - pinter kalo hatinya ga lurus..."
Membuat saya jadi senyum2 sendiri. Hehehe2.... :-P dia bener jg sih.. Percuma seseorang memiliki ilmu pengetahuan yg tinggi, kalau pada akhirnya hanya sebatas ilmu tanpa penerapan. Dan lebih percuma lagi seseorang yg berpendidikan tinggi tetapi tidak menjalankannya dengan hati yg lurus. Sudah terlalu sering saya melihat banyak orang pandai yang tidak mempunyai nurani.
Nurani di sini adalah hal dasar, dimana konsep kemanusiaan itu sendiri berperan paling besar. Konsep utamanya adalah empati, dimana tingkatan terdasarnya adalah apabila kita tidak ingin diperlakukan seperti itu, jangan perlakukan orang lain seperti itu. Saya rasa anak TK pun diajarin konsep itu sebagai salah satu konsep paling awal. Tapi nyatanya, sampai saat ini berapa dari kita yang menerapkan itu dengan sungguh2 dalam hidup? Korupsi, ketidakjujuran, ketidakadilan, hanyalah beberapa contoh dari matinya nurani manusia. Saat kita tidak ingin dirugikan, kita tidak perduli dengan apakah orang lain dirugikan atau tidak. Saat kita tidak suka adanya ketidakadilan dalam pemberian tender, kita tidak perduli apakah orang lain mendapatkan ketidakadilan dengan lobby yg kita lakukan untuk tender tersebut.
Itu hanya beberapa contoh saja. Lantas bagaimana kita bisa mengatakan bahwa kita masih memiliki nurani? Apalagi berhati lurus? Yang paling mengenaskan adalah, saat kita sebagai umat beragama yang mempunyai pertanggung jawaban akan kehidupan kita kepada Tuhan, sebagai orang tua yang seharusnya menjadi teladan bagi anak - anak kita, menjadi sahabat yang seharusnya memberikan pencerahan pada sahabat - sahabat kita, mengabaikan itu semua, demi sebuah alasan..kenyamanan hidup, materi, kesuksesan, dan apapun itu. Namun masih dengan lantang berteriak saat anak kita tidak jujur, menistakan saat orang beragama lainnya melakukan kesalahan, dll.
Bagian mana yg disebut nurani?
Sampai saat ini saya percaya, yang mengikat dan menumbuhkan nurani dan kelurusan hati seseorang adalah agama. Menurut saya tidak ada aturan lain di dunia ini yg bisa menumbuhkan moral dan hati manusia sebagaimana yang dilakukan agama. Tapi masalahnya lagi, berapa banyak yg menjadi sekularis dalam agamanya sendiri? Berapa banyak dari kita yg memisahkan agama dengan hidup, di saat agama sesungguhnya harus menjadi petunjuk hidup? Berapa dari kita yang menggelapkan pajak? Berapa banyak dari kita yg memberi uang KTP saat ditilang polisi? Dan yg paling parah, berapa banyak dari kita yang masih begitu bangganya dengan semua pekerjaan yang kita lakukan, padahal tahu pekerjaan itu tidak mendatangkan keuntungan apapun selain untuk diri sendiri? Dan berapa banyak dari kita yang masih berbangga hati dengan semua yg buruk yg kita lakukan, meskipun kita tahu itu buruk?
Apabila kalau semua itu masih terus kita lakukan, maka tidak heran apabila 5 tahun ke depan nurani sudah hilang dari kamus bahasa dan moral kita. Dan anak - anak kita akan bertanya..."Ayah... Bunda... nurani itu apa sih?
--Diah Murwati--